Kisah si Tengil


Minggu lalu ketika saya berjalan-jalan ke TM Bookstore Detos, saya menemukan buku ini. Tinggal satu-satunya. Tanpa pikir panjang, saya langsung membawa buku itu ke kasir, dan membayarnya! Buku itu adalah... "Diary si Bocah Tengil" yang diterbitkan oleh Atria di Mei 2009.

2009? Sudah lama sekali ya. Yang saya beli ini bahkan sudah cetakan ke-10!! Wow! Sudah lama sekali saya melewatkan buku ini. Tapi, saya punya alasan yang cukup kuat. Tahun 2009 saya masih berada di Jepang, jadi saya tidak tahu kalau buku ini adalah buku yang bagus, bahkan best seller (alasan.. xp). Selain itu, tidak ada alasan bagi sebuah buku untuk menjadi kuno, menurut saya. Dan itulah istimewanya sebuah buku. Dia akan terus hidup selama ada orang yang membacanya. Kalo nggak, saya pasti jadi orang yang sangat kuno sekali (lebay), karena saya juga baru baca Heidi, The Little Prince, Pride and Prejudice, dan lain-lainnya akhir-akhir ini.


Oke, kebanyakan prolog. Saya akan cerita sedikit tentang "Diary si Bocah Tengil" atau dalam versi aslinya berjudul "Diary of a Wimpy Kid". Saya jadi tertarik untuk membaca buku ini setelah "berjalan-jalan" di Goodreads. Saya sebelumnya udah "ngeh" sama buku ini, tapi belum terlalu tertarik untuk baca. Setelah jalan-jalan itu, saya jadi makin penasaran deh. Ternyata, takdir memang mempertemukan kami. Setelah baca sedikit, saya langsung bawa pulang buku ini deh.. (setelah dibayar dulu di kasir tentunya).

Buku ini berkisah tentang seorang remaja yang baru masuk ke sekolah menengah pertama, bernama Greg Heffley. Diary ini hadiah dari ibunya, yang berharap Greg akan menuliskan perasaannya di diary ini. Greg sendiri sudah menegaskan dari awal kalo ini bukan DIARY, tetapi JURNAL karena dia tidak mau dikira banci oleh teman-teman sekolahnya karena membawa diary kemana-mana.

Si Greg ini memang sesuai banget dengan judulnya. Tengil. Dia menceritakan hari-harinya dan bahkan menuliskannya dalam bentuk separuh komik. Jadi ya, buku ini penuh dengan gambar-gambar lucu yang menarik. Diary ini berisi kisah-kisah Greg di keluarganya dan juga di sekolah. Keluarga Greg terdiri atas ibu, ayah, seorang kakak laki-laki, dan seorang adik laki-laki. Sedangkan sahabat Greg bernama Rowley, yang selalu dimanfaatkan oleh Greg di sepanjang waktu, karena yah.. Rowley memang tampaknya tidak terlalu pandai... xp

Salah satu contoh ketengilan Greg adalah, ketika dia tampil dalam drama sekolah. Greg tentu saja sama sekali nggak berminat tampil dalam drama sekolah, tapi ibunya memaksanya. Akhirnya, dengan berat hati dia ikut audisi. Drama yang akan mereka mainkan tahun itu adalah Wizard of Oz, dan Greg yang ikut audisi setengah hati mendapatkan peran sebagai... Pohon!

Greg memang ingin menjadi pohon, karena pohon bisa melempari Dorothy (pemeran utama di drama itu, yang dimainkan oleh teman Greg, Patty Farell) dengan apel. Kenapa si Greg begitu inginnya melempari Patty dengan apel? Soalnya, dalam ulangan geografi sebelumnya, Greg gagal dapat nilai bagus gara-gara Patty memberitahu guru Greg untuk menutup peta Amerika sebelum ulangan dimulai!! Padahal Greg udah sengaja duduk di depan peta itu... xp

Selain bisa melempari Patty dengan apel, Greg ingin menjadi pohon karena pohon nggak perlu bernyanyi selama drama berlangsung. Ini tentu saja hal yang sangat baik. Tapi sayangnya... keinginan-keinginan tengil Greg ini nggak berjalan lancar. Soalnyaa.. Ternyata tidak ada lubang untuk tangan di kostum pohon itu, yang berarti tidak mungkin si pohon bisa melempari Dorothy dengan apel. Yang kedua, ternyata guru Greg memberikan sebuah lagu konyol untuk dinyanyikan oleh si pohon!

Meskipun demikian, Greg bersyukur karena penampilan drama ini bersifat setengah formal, yang berarti kakak Greg, Rodrick, tidak akan datang ke acara ini. Rodrick tidak akan bersusah-susah untuk berpakaian resmi untuk acara drama SMP. Tapi... Lagi-lagi Greg salah. Rodrick tentu saja tidak mau melewatkan kesempatan untuk bisa melihat Greg dalam penampilan terburuknya. Dia bahkan rela harus memakai dasi siap pakai (jadi inget 3 idiots.. xp) demi menghadiri drama itu, dan tentu saja demi mendapat bahan celaan baru untuk Greg.

Greg yang sadar akan bahaya ini akhirnya tidak mau bernyanyi ketika drama berlangsung. Hal ini membuat teman pohonnya yang lain jadi bingung dan mereka pun berhenti bernyanyi. Belum lagi, di tengah pertunjukan drama tiba-tiba Manny, adik Greg, berseru nama panggilan Greg di rumah yang begitu memalukan, Bubby. Tapi, dengan tengilnya Greg mengalihkan panggilan itu ke temannya, hingga akhirnya temannya itulah yang diolok-olok dengan panggilan Bubby di sekolahnya! Tengil sekali bukan. Ketengilan Greg belum berhenti di situ. Ia tiba-tiba teringat alasan utamanya menjadi pohon di drama sekolah itu. Greg kemudian mencabut buah apel dari pohonnya, dan mulai melempari Patty dengan apel! Oh iya, karena suatu insiden yang konyol, pohon-pohon itu jadi memiliki lubang tangan. Drama sekolah pun berakhir dramatis setelah pohon-pohon melempari Patty dengan apel mereka....

Itu salah satu ketengilan Greg di buku ini. Masih banyak ketengilan lainnya yang benar-benar konyol dan mampu membuat saya tertawa. Jadi, silakan baca sendiri saja buku ini.

Secara keseluruhan, saya cukup suka buku ini. Buku ini ringan, dengan nuansa separuh komik. Ilustrasi di dalamnya sangat lucu, dan Greg terlihat betul-betul tengil. Tapi ya, dari dulu saya memang tidak terlalu suka dengan genre semacam ini, jadi saya masih pikir-pikir untuk membeli seri lanjutannya. Kalau di Indonesia, buku ini mirip dengan serialnya Lupus Kecil kali ya. Nah, kalo Lupus saya suka banget, mungkin karena lebih meng-Indonesia. Hahaha

Tapi ya, buku ini sangat ringan, jadi saya bisa menikmatinya tanpa berpikir banyak. Cukup baca, dan lihat ilustrasi konyol di dalamnya, lalu tertawa. Ga pake mikir, ga pake galau-galaluan. Hahahaha

 
Judul          : Diary si Bocah Tengil
Pengarang  : Jeff Kinney
Penerbit     : Atria

Penerjemah: Ferry Halim
Cetakan     : Kesepuluh, November 2010
Harga         : Rp 34.900,-

Comments