Codex : Makanan dan Depopulation Program
Memelihara jumlah ras manusia di bawah 500.000.000 agar bisa memelihara keselarasan dengan alam
Kata-kata di atas tertulis dalam sebuah bangunan batu bersusun yang diletakkan secara misterius di suatu tempat di Amerika Serikat. Mereka menyebutnya dengan Georgia Guidstones. Ada juga yang menyebutnya dengan American Stonehenge, karena empat buah batu besar itu disusun sedemikian rupa hingga menyerupai Stonehenge.
Selain pesan di atas, ada sembilan pesan misterius lainnya, yang dipercaya diletakkan oleh suatu kaum, kelompok, atau organisasi tertentu yang memiliki misi besar untuk manusia di muka bumi. Sepuluh misi di batu itu ditulis dalam delapan bahasa yang berbeda, yaitu Inggris, Arab, Cina, Swahili, Ibrani, Rusia, Spanyol, dan Hindi. Untuk tahu lebih dalam tentang Georgia Guidestones, bisa lihat disini.
Inti dari kesepuluh misi tersebut ada di poin pertama yang saya kutip di atas, yaitu pemusnahan masal.
Isu pemusnahan masal (depopulation program) adalah tema yang diangkat Rizki Ridyasmara dalam novel keduanya yang berjudul Codex ini. Sama seperti novel pertamanya, The Jacatra Secret, novel ini juga tidak jauh-jauh dari masalah konspirasi, yaitu sebuah teori yang mengungkapkan sesuatu yang bertentangan dengan pengetahuan umum. Lantas, bagaimanakah kisah novel kedua Bang Rizki ini? (seenaknya manggil bang xD)
Alda Adrina adalah seorang doktor di bidang kimia yang juga peneliti di laboratorium La Rocher, Italia. Ia menerima sebuah chip yang berisi rahasia-rahasia terbesar dalam bidang kesehatan yang dititipkan oleh seorang profesor yang telah meninggal dunia, Wallace L. Pannier (Profesor ini beneran ada lho, bisa dicek sendiri melalui mbah gugel). Rahasia ini akan mengguncangkan dunia karena penemuan Profesor Pannier akan mengungkapkan kebohongan publik yang dilakukan oleh negara adidaya dunia, Amerika Serikat, khususnya di bidang kesehatan dan makanan.
George Marshall, mantan suami Alda, adalah seorang penulis novel sukses yang tinggal di Jakarta namun berkebangsaan Australia. Ia dulu pernah terlibat dalam militer, dan sempat diturunkan ke Afghanistan sebagai seorang penembak ulung. Kekecewaannya terhadap perilaku tentara yang diterjunkan ke negara itu (AS, Inggris, Australia) membuatnya mundur dari satuannya dan memilih karir sebagai penulis lepas.
Suatu hari, George mendapat telepon dari mantan istrinya yang tampak sangat cemas karena ia yakin sedang diburu oleh orang yang menginginkan chip yang sekarang berada di tangannya. Ia, seorang asisten seniornya Dokter Carmen Rosanna, dan Profesor Lombardo adalah satu-satunya orang yang mengetahui keberadaan chip itu. Doktor Adrina merasa cemas karena orang yang mengantarkan chip itu kepadanya ditemukan tewas dalam sebuah kecelakaan lalulintas, yang mungkin terdengar wajar bagi kita semua. George yang masih mencintai Alda memutuskan untuk langsung terbang ke Itali dan berbicara langsung dengan mantan istrinya itu.
Benar saja, tak lama setelah mereka bertemu, sebuah kejadian terjadi di laboratorium penelitian Doktor Adrina, yang berujung pada kematian Dokter Carmen. Si pembunuh, kini mengejar Doktor Adrina yang saat itu sedang bersama George Marshall di sebuah kota indah penuh dengan kanal di Italia, Venesia.
Untungnya, George yang seorang mantan prajurit terlatih dapat mengecoh pembunuh yang justru berakhir dengan kehilangan nyawanya itu. Mereka bergegas pergi ke rumah Profesor Lombardo, yang kini membawa chip tersebut. Mereka harus berpacu dengan waktu, karena kini sebuah kekuatan yang lebih besar dan lebih jahat dari sebuah organisasi paling berpengaruh di dnia sedang mengerahkan segenap tenaganya dan menghalalkan segala cara untuk dapat memperoleh chip tersebut.
Apakah isi chip yang membuat Alda dan George menjadi buronan bagi sebuah organisasi terbesar di dunia? Berhasilkah mereka menyelamatkan chip itu, yang isinya bisa menyelamatkan seluruh dunia? Adakah hubungan antara kematian Profesor Pannier dengan kematian misterius ratusan ilmuwan dunia lainnya? Konspirasi macam apa lagi yang menunggu mereka? Semuanya bisa anda temukan sendiri di novel setebal 434 halaman ini.
Bagi penyuka teori konspirasi, novel ini mungkin sangat tepat untuk dibaca, karena menghadirkan banyak hal yang bertentangan dengan publik. Bagi orang yang tidak tahu ataupun tidak percaya dengan teori tersebut, mereka hanya akan menggeleng-gelengkan kepala dan menganggap itu semua adalah omong kosong. Rizki Ridyasmara mengungkapkan bahaya dari beberapa bahan kimia yang sudah sangat akrab dengan telinga kita, yaitu MSG dan Aspartam. MSG dikenal dengan vetsin, ternyata memiliki berbagai nama yang berbeda untuk mengecoh konsumen yang mungkin sudah mengetahui bahaya MSG itu sendiri. Sedangkan Aspartam, yang kita tahu adalah pemanis buatan, ternyata dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan seperti membuat kita cepat lelah, gangguan sendi, bahkan mengandung bahan karsinogen yang dapat menyebabkan kanker!
Data-data yang ditampilkan di novel ini sangat lengkap, bahkan dilengkapi dengan catatan kaki yang tidak sedikit jumlahnya. Saya jadi berasa sedang membaca sebuah buku ilmiah dan bukan novel. Itu menjadi daya tarik sekaligus kelemahan novel ini, saya rasa. Detail yang ditampilkan terlalu banyak sehingga membuat saya melewatkan beberapa di antaranya, karena tidak terlalu terkait dengan isi cerita. Tapi, detail ini masih bisa dibaca terpisah kalau anda sekalian mau.
Ceritanya cukup seru. Kejar-kejaran dengan pembunuh bayaran dan organsisasi pemerintah di sebuah negara eksotis di Eropa, Italia. Jebakan-jebakan cerdas untuk mengelabui musuh, juga konspirasi-konspirasi, semuanya dipaparkan dengan cukup baik. Meskipun kalau dibandingkan dengan karyanya Dan Brown sih masih jauh ya. Intrik yang ada di novel-novelnya Dan Brown soalnya lebih rumit dan pelik, begitu juga hubungan antar manusianya.
Orang-orang bilang, novel kedua Rizki Ridyasmara ini lebih mengalir ceritanya dibanding yang pertama, tapi saya sendiri lupa karena sudah setahun yang lalu baca The Jacatra Secret. Hahaha. Kalau saya sendiri sih merasa bahasa yang digunakan masih kurang luwes sebagai sebuah novel. Wajar sih ya, soalnya yang saya tahu Bang Rizki ini adalah penulis buku-buku non fiksi. Awalnya juga saya mengira, novel The Jacatra Secret itu adalah novel biasa yang mungkin ingin menyaingi kepopulern Da Vinci Code. Tapi, tampaknya pikiran saya itu terlalu lebay. Hahaha
Secara keseluruhan, saya cukup suka dengan novel ini. Apalagi, saya bisa menelusuri berbagai data yang ada jika saya mau. Di buku ini juga disertai lampiran beberapa ilmuwan dunia yang meninggal secara misterius. Jumlahnya itu banyak banget, lho. Saya sampe tercengang sendiri. Saya pikir, bunuh-bunuhan ilmuwan kayak gitu cuma ada di film. Ternyata mungkin kehidupan nyata justru menginspirasi film-film tersebut, ya? Dan coba bayangkan, apa yang mereka temukan sampai harus dibungkam selamanya, bahkan kadang dengan cara yang sangat sadis dan tidak manusiawi. Nah, anda bisa cek sendiri datanya disini.
Selain masalah bahan kimia seperti MSG dan Aspartam, di novel ini juga dibahas tentang sebuah penyakit yang ditujukan untuk memusnahkan ras manusia tertentu. Penyakit apa itu? Silakan buka lembaran bukunya, dan baca sendiri... ;)
Judul : Codex, Konspirasi Jahat di Atas Meja Makan Kita
Penulis : Rizki Ridyasmara
Penerbit : Salsabila
Jumlah Halaman : 434
Cetakan : Pertama, Mei 2010
ISBN : 9789791916356
ISBN : 9789791916356
Comments
Post a Comment