Seraphina
My rating: 5 of 5 stars
Di sebuah negeri bernama Goredd, manusia dan naga hidup bersama secara berdampingan. Meskipun hidup bersama, bukan berarti mereka saling menyukai satu sama lain. Kenyataannya, banyak juga yang membenci kehidupan yang harus dijalani oleh spesies yang saling berbeda itu.
Naga di Goredd berbeda dengan biasanya. Mereka bisa berubah menjadi manusia, atau lebih tepatnya bisa mengambil wujud manusia. Naga-naga semacam ini diberi nama saarantras, atau biasa disingkat dengan saar. Dulu, naga dan manusia berperang, hingga akhirnya 40 tahun yang lalu, dibentuklah sebuah perjanjian damai.
Sayangnya, meskipun perjanjian damai sudah dibuat, tidak semua orang senang dengan perjanjian itu. Ditambah lagi, tensi itu semakin meninggi ketika Pangeran Rufus, ditemukan tewas. Tentu saja banyak tersangka yang bisa diajukan, karena mungkin tidak sedikit yang mengincar nyawa seorang pangeran. Namun kondisi Pangeran Rufus ketika meninggal membuat semua orang yakin, bahwa hanya nagalah yang melakukannya. Jasad Pangeran Rufus ditemukan tanpa kepala, satu hal yang biasa dilakukan naga ketika membunuh musuhnya.
Sekarang, mari kita beralih ke tokoh utama di buku ini. Dia adalah Seraphina, seorang gadis berusia 16 tahun, yang memiliki kemampuan musik luar biasa. Seraphina memiliki seorang guru bernama Orma. Dia adalah "seorang" naga. Naga yang dikatakan tidak memiliki jiwa. Naga yang selalu dianggap kejam dan dingin, tapi juga cerdas luar biasa. Setidaknya, Orma memang cerdas luar biasa, karena dia adalah salah satu ilmuwan ternama di Goredd. Orma adalah guru yang sangat disayangi dan dihormati oleh Seraphina. Apalagi, Orma juga adalah salah satu anggota keluarganya yang penting. Orma adalah pamannya.
Paman? Jadi, Seraphina itu naga?
Jawabannya, bisa ya bisa tidak. Sebabnya, karena Seraphina adalah blasteran. Ia separuh naga dan separuh manusia. Ayah Seraphina adalah manusia biasa, berprofesi sebagai seorang pengacara kerajaan, dan memiliki posisi yang cukup tinggi di masyarakat. Sementara ibu Seraphina adalah seorang naga, yang meninggal ketika dirinya lahir. Tentu saja tidak ada yang boleh tahu kalau Seraphina adalah kaum blasteran. Bagi kedua spesies itu, menikah antarspesies adalah hal yang sangat hina dan juga rendah. Keselamatan Phina sendiri bisa terancam jika orang-orang tahu siapa dirinya yang sesungguhnya, apalagi di tengah krisis akibat meninggalnya Pangeran Rufus ini.
Seraphina memiliki bakat alami dalam bermain musik, sebuah bakat yang diturunkannya dari ibunya. Bakat yang sangat dicintainya, meskipun ayahnya sempat membenci bakat itu. Bakat itulah yang membuatnya mendapatkan tempat sebagai musisi istana, di bawah Viridius, sang komposer istana yang sudah tua. Posisi itu jugalah yang membuatnya menjadi guru pribadi sang putri mahkota, Putri Glisselda.
Glisselda adalah pewaris tahta kedua Goredd, setelah ibunya, Putri Dionne. Selda adalah gadis yang ceria dan juga aktif, tapi juga bisa menunjukkan kewibawaannya sebagai seorang putri mahkota saat dibutuhkan. Selda telah ditunangkan dengan sepupunya, Pangeran Lucian Kiggs, yang bertanggung jawab atas keamanan kerajaan. Pangeran Lucian adalah anak haram. Ibunya diusir dari istana karena menikah dengan rakyat jelata.
Pangeran Lucian tertarik pada Phina, yang dianggapnya sangat cerdas tetapi juga misterius. Phina tahu banyak soal naga, dan ia tidak merasa canggung berada di dekat mereka. Tentu saja, karena dia sendiri separuh naga! Lucian beberapa kali menyelamatkan Phina, dan mereka pun jadi bersahabat (hhmm, bertiga juga sih sama Selda). Banyak aspek di antara mereka berdua yang sangat cocok, mulai dari ketertarikan mereka akan filsafat, ibu yang sama-sama sudah meninggal, dan mereka berdua sama-sama cerdas.
Namun, tentu saja Phina tidak bisa berkata jujur mengenai identitas dirinya itu. Ia tidak mungkin bilang ke Lucian (yang dipanggil Kiggs oleh Phina) kalau dia punya sisik di lengan kiri dan juga di daerah pinggang. Ia tidak mungkin mengatakan kalau ayahnya menikah dengan naga, dan Orma adalah pamannya. Ia juga tidak mungkin bercerita kalau dia memiliki taman berisi makhluk-makhluk aneh di dalam otaknya, yang harus ia jaga setiap hari. Apalagi makhluk-makhluk aneh itu terkadang berulah, yang membuatnya kehilangan kesadaran seketika. Makhluk-makhluk itu adalah salah satu warisan ibunya, bersama visi yang terkadang menyerangnya begitu saja.
Goredd sebentar lagi merayakan 40 tahun perjanjian damai antara manusia dan naga. Ardmagar Comonot, sang jenderal pemimpin naga, akan berkunjung ke Goredd. Namun, kondisi keamanan di Goredd justru semakin buruk. Kebencian terhadap naga semakin menjadi-jadi, pertama dengan kematian Pangeran Rufus yang diduga dibunuh oleh naga, ditambah lagi dengan para ksatria ahli dracomachia (seni bela diri khusus untuk melawan naga) yang diasingkan yang mengaku melihat naga liar. Belum lagi campur tangan Putra St. Ogdo yang kerap main hakim sendiri terhadap naga, dan juga pihak yang dicurigai Kiggs adalah pembunuh sebenarnya pamannya.
Siapa yang membunuh Pangeran Rufus? Benarkah seekor naga, atau justru kelompok lain yang ingin memecah belah mereka? Siapakah makhluk-makhluk penghuni taman Seraphina? Jika mereka makhluk fiktif, kenapa pada suatu hari Phina bertemu salah satu dari mereka di dunia nyata? Siapa kulit baru bernama Basind yang disuruh tinggal bersama Orma? Benarkah naga tidak punya jiwa? Kalau tidak punya, kenapa ibu Phina bisa jatuh cinta kepada manusia, dan kenapa Orma memiliki keterikatan yang dalam terhadap Phina? Dan, benarkah hubungan Phina dan Kiggs hanya hubungan persahabatan belaka?
Ya, silakan cari sendiri jawabannya. Saya sendiri bingung mau cerita apa. Susah rasanya mau meresensi buku yang kita suka. Sempat saya diemin dulu beberapa hari karena saya bingung harus merangkai kata dari mana. Saya sendiri sebenarnya cukup kaget pada diri saya, karena memberikan bintang 5 untuk buku ini. Saya suka cerita fantasi, tapi terlalu banyak cerita fantasi di luar sana, sehingga tidak sedikit yang temanya serupa. Cerita fantasi yang membahas naga pun tidak sedikit, dan saya pikir saya mungkin akan bosan kalau ceritanya tentang naga lagi.
Iya sih, saya tahu rating di Goodreads-nya memang bagus. Tapi saya bukan orang yang percaya rating, karena setiap buku memiliki kesan yang berbeda bagi setiap orang yang membaca. Makanya, saya merasa takjub ketika saya menyukai buku ini.
Bisa dibilang hampir semua tokoh yang ada di buku ini telah menarik minat saya. Dimulai dari Seraphina, si tokoh utama yang separuh naga dan separuh manusia. Awalnya sih biasa aja, karena si Phina ini kok kayaknya datar banget ya, jadi orang. Saya sempat khawatir nggak akan suka sama dia, karena saya punya kecenderungan untuk nggak suka sama tokoh utama wanita dalam buku-buku YA yang saya baca. Tapi untungnya Phina berbeda, dan meskipun butuh waktu cukup lama, ternyata saya menyukainya.
Saya juga suka sama Orma, guru naga Phina, yang juga merupakan paman kandungnya. Orma ini orangnya cool banget, mungkin sama kayak semua naga lainnya. Dia sangat cerdas dan selalu mengandalkan rasionya. Sama seperti naga pada umumnya, dia sangat suka matematika dan aljabar. Dia mengajarkan banyak hal pada Phina. Dia juga sangat sayang pada Phina, dan menunjukkannya seperti bagaimana seharusnya naga bersikap. Dia juga sangat sayang pada kakak perempuannya, Linn, yang tidak lain adalah ibu Phina. Perasaan sayang Orma yang kaku-kaku datar-datar gimana itu yang bikin saya suka.
Tokoh selanjutnya yang saya suka adalah Pangeran Lucian Kiggs, atau biasa dipanggil Kiggs sama Phina (ini si pangeran sendiri yang minta dipanggil begitu). Dia ini sangat cerdas, punya insting yang bagus, dan juga tampan (kkyaaaa... eeeaaa). Dedikasinya sangat tinggi pada pekerjaannya, yaitu sebagai Ketua Garda Ratu. Dia memiliki hubungan emosional dengan Pangeran Rufus, pamannya. Makanya dia adalah orang yang paling sedih ketika tahu pamannya meninggal dibunuh orang atau makhluk misterius. Di antara banyak orang, tampaknya Seraphina adalah salah satu orang yang paling tahu banyak tentang Kiggs, mungkin karena persamaan di antara mereka. Kiggs ini sosok yang adorable deh di mata saya, dan kayaknya bakal masuk ke dalam "Book Boyfriend" tahun ini, karena perasaannya dan juga dedikasinya. Aaahh.... Kiggs....
Yang terakhir adalah Abdo. Sosok misterius dari taman Seraphina. Abdo ini masih kecil, tapi dia sudah paham banyak hal. Sifatnya dia, perhatiannya dia, dan kenyataan bahwa dia.... *piiip* *ilang sinyal* bikin saya suka banget sama dia. (*´▽`*♥ Jadi pengen pesen adek cowok satu yang kayak Abdo. Kyaaa~~~
Tumben-tumbenan lho, saya bisa suka sama banyak tokoh di satu buku. Ini entah mood saya yang lagi bagus atau gimana ya? Kok kayaknya emang nggak ada tokoh yang bener-bener nyebelin atau bener-bener jahat banget di buku ini. Ada sih, tapi perannya nggak terlalu signifikan dan orangnya juga udah matek.
Sama seperti beberapa orang, saya merasa kalau di awal itu alurnya sangaatt lambat... Sampai-sampai saya butuh waktu lama hanya untuk baca sekitar 100-an halaman. Banyak deskripsi dan narasi, yang sebenarnya memang sangat penting untuk kelangsungan cerita, tapi cukup bikin mandeg juga. Setelah lewat 150-an halaman, baru deh ceritanya mulai seru dan mulai nggak bisa lepas. Saya bahkan sampe bela-belain begadang, saking penasarannya. Mana paginya harus saur, dan besoknya kerja lagi (iya, salah saya emang nggak nyari waktu tepat buat begadang (; ̄д ̄)). Tapi yang namanya penasaran, nggak bisa berenti, ya mau gimana lagi...
Saya menutup buku dengan perasaan puas. Tapi kemudian saya tersadar, kalau..... LANJUTANNYA MASIH LAMAA!!!!! #kagaknyanteamatdahgua
Saya harus nunggu setahun lagi, karena baru akan terbit tahun 2014 mendatang... (┳Д┳) *nangis kejer lalu cari doraemon pinjem mesin waktu* Itupun versi englishnya, versi Indonesianya pasti mundur beberapa bulan. Saya kan penasaran sama lanjutannya. Penasaran sama hubungan Kiggs dan Seraphina (yang sempet bikin saya heboh sendiri di akhir cerita), dan terutama penasaran banget sama si Jannoula, makhluk dari taman Seraphina yang paling aneh dan misterius.
Semoga aja tahun depan saya dapat buntelan lagi dari Gramedia (Ini murni ngarep. Pake banget). Pokoknya harus diterbitin lho, lanjutannya! *ngancem*
Oh iya, sebelum saya lupa, saya harusnya ucapin terima kasih dulu ke Mbak Yudith, dari Gramedia, yang udah berbaik hati memberikan buntelan ini ke anak-anak BBI. Juga Mas Dion yang jadi humasnya, hingga anak BBI bisa mendapatkan asupan buku-buku gratis bergizi. Sering-sering aja ya, Mbak... Kami menerima segala jenis buntelan buku dengan tangan terbuka.... huehehee *nggak tau malu*
Aku ragu-ragu sebenernya baca Seraphina, soalnya sejarah sama buku-buku berbau naga jarang berakhir bahagia #eak
ReplyDeleteTapi banyak yg bilang terjemahannya enak, ya, jadi tertarik juga :3
Aku juga sekarang milih-milih banget kalo baca fantasi, soalnya banyak yang udah mainstream. Hehehe
DeleteMakanya aku juga kaget ternyata suka banget sama Seraphina. Terjemahannya enak, meski ada beberapa typo. Ayo coba dibaca-dibaca... :D #promosi