Mio Anakku, Sang Pangeran dari Negeri nun Jauh


My rating: 4 of 5 stars

Di zaman dahulu kala, tapi tidak terlalu dahulu, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Mio. Mio adalah putra mahkotadari Negeri Nun Jauh. Sebuah negeri yang tidak akan bisa kau bayangkan dimana letaknya, karena sangat jauh dan tak akan bisa kau jangkau. Pangeran Mio hidup bahagia bersama ayahnya sang raja... Tapi itu sekarang, karena sebelumnya Pangeran Mio hidup menderita, meski tidak terlalu merana, dan jauh dari ayahnya.

Mari kita mundur sejenak. Sebelum ini, belum ada orang yang bernama Pangeran Mio. Yang ada hanyalah Bo Vilhelm Olsson atau yang biasa dipanggil Bosse. Bosse tinggal dengan kedua orang tua angkatnya yang jahat, Tante Edla dan Paman Sixten. Kalau mereka jahat kepada Bosse, kenapa mereka mau repot-repot mengambil Bosse dari panti asuhan, ya? Orang dewasa memang aneh... Ketika seorang anak kecil sudah tidak lucu lagi, mereka berhenti menyayanginya....

Untungnya Bosse tidak lama-lama menderita di rumah orang tua angkatnya itu, karena Bosse tiba-tiba pergi ke sebuah negeri yang aneh. Anehnya lagi, di negeri itu ternyata ia adalah pangeran dan ayahnya adalah seorang raja!! Tante Edla memang salah besar karena menganggap ayah Bosse adalah gelandangan. Dia pasti malu dan membungkuk kalau tahu kalau ayah Bosse, Ayahku sang Raja, adalah seorang raja! Ahaa!!

Karena kita telah tiba di Negeri nun Jauh, maka mari kita tinggalkan nama Bosse. Bosse sudah hilang, yang ada hanyalah Mio, sang pangeran dari Negeri nun Jauh. Mio sempat merasa sedih, karena harus berpisah dari sahabatnya, Benka, karena Mio (alias Bosse) menghilang tiba-tiba. Benka pasti sedih. Begitupun dengan Mio yang merindukan Benka. Untung saja di sana Mio bertemu seorang teman baru. Namanya Jum-Jum, dia anak penjaga kebun istana. Jum-Jum mirip Benka, atau setidaknya begitulah yang ada di mata Mio. Mio dan Jum-Jum senang bermain dan tertawa keras-keras. Dan kini, tidak ada lagi yang memarahi Mio karena tertawa keras-keras. Ayahku sang Raja sangat senang mendengar tawa Mio, tidak seperti Tante Edla dan Paman Sixten yang senang memarahi Mio kalau ia tertawa keras-keras.

"Aku suka suara kicau burung," katanya. "Aku suka musik dari pohon-pohon poplar perakku. Tetapi yang paling aku sukai adalah mendengar suara tawa anakku di Taman Mawar ini."


Baik sekali ya, ayahnya Mio. Dia memang sangat senang bisa bertemu lagi dengan putranya, setelah 9 tahun terpisah. 9 tahun penantian panjang tanpa kejelasan. Karenanya, raja sangat senang mendengar tawa Mio, senang bermain dengannya, senang melihatnya. Ayahku sang Raja bahagia karena putranya telah kembali ke sisinya....

Karena itu, ia sangat sedih ketika Mio harus pergi melawan Kesatria Kato. Seorang lelaki yang sangat jahat yang telah memberikan teror mengerikan di Negeri nun Jauh yang indah. Kesatria Kato telah menculik adik-adik Nonno, seorang anak gembala baik hati, yang telah membuatkan suling indah untuk Mio dan Jum-Jum. Kesatria Kato juga telah menculik adik perempuan Jiri, sehingga Jiri dan keluarganya bersedih hati. Kesatria Kato juga telah menculik anak kuda yang indah dari Hutan Kemilau Bulan, hingga seratus kuda putih bersurai indah menangis darah karenanya. Kesatria Kato juga telah menculik anak perempuan ibu penenun, yang tinggal di sebuah pondok cantik bak di negeri dongeng, yang di sekelilingnya dipenuhi bunga-bunga apel putih yang bersinar di bawah sinar bulan, sehingga ia menenun dalam kesedihan dan keputusasaan.

Mio harus pergi melawan Kesatria Kato. Sang raja sudah tahu itu. Jum-Jum juga tahu. Semua orang di Negeri nun Jauh tahu. Semua sudah diramalkan sejak lama. Hanya Mio yang tidak tahu, karena memang banyak sekali hal yang tidak tahu dari tempat tinggal barunya itu. Ia tidak tahu kalau Miramis, kudanya yang cantik, bisa terbang. Ia tidak tahu kalau Roti Penghilang Lapar rasanya sangat lezat. Ia juga tidak tahu kalau air di Sumur Pelepas Dahaga adalah air yang paling segar yang pernah ia minum. Dan tentu saja ia tak tahu kalau Sumur yang Berbisik pada Malam Hari mampu mendongeng dengan indah dan menggugah perasaannya.

Mio harus pergi melawan Kesatria Kato, meskipun ia merasa takut dan tidak memiliki kekuatan apa-apa. Nasib Negeri nun Jauh ada di tangannya. Nasib negeri yang dicintainya, orang-orang yang dicintainya, dan tentu juga nasibnya sendiri....

Mio tidak sendiri. Ada Jum-Jum di sampingnya. Ada Miramis yang selalu setia mengikutinya. Ada suling buatan Nonno yang berkali-kali membantunya. Ada sendok ajaib milik adik perempuan Jiri yang diculik Kesatria Kato. Ada jubah milik adik Nonno yang diculik Kesatria Kato, yang kemudian ditenun lagi oleh ibu penenun di hutan apel. Dan yang terpenting, ada ayah Mio, sang raja yang selalu mendukung anaknya, dengan ucapan.... "Mio anakku....".

:")

Dongeng yang sangat indah. Saya suka sekali dengan cara Astrid Lindgren menyampaikan kisahnya. Saya suka sekali dengan Mio, Jum-Jum, Nonno, Jiri, Miramis, Ayahku sang Raja, dan semuanya. Tidak ada karakter yang benar-benar saya benci, kecuali mungkin Tante Edla dan Paman Sixten. Saya bahkan pada akhirnya cukup bersimpati pada Kesatria Kato yang jahat luar biasa itu.

Petualangan Mio disampaikan dengan sederhana, tetapi tidak merusak keseruan ceritanya. Meskipun bagi beberapa orang dongeng ini tampak kelam, tapi bagi saya dongeng ini sangat indah. Mungkin ini buku yang bagus untuk menjelaskan kepada anak-anak, kalau di dunia ini tidak hanya ada kesenangan dan kebahagiaan saja, tetapi juga kesedihan, duka, bahkan kematian. Semuanya adalah proses hidup, yang pasti akan dirasakan oleh setiap manusia. Melihat tema ceritanya, mungkin ada baiknya buku ini dibaca oleh anak-anak di atas 9 tahun, sesuai usia Mio, karena walaupun disampaikan dengan sederhana, tetapi saya pikir anak yang sudah lebih tua akan lebih mudah memahami berbagai perasaan yang dialami oleh Mio. 


 

Comments