Ingin Muffin Asmara? Ke toko Bliss saja...


Bliss by Kathryn Littlewood
My rating: 2 of 5 stars

Di sebuah kota kecil bernama Calamity Falls, hiduplah sebuah keluarga yang mengelola sebuah toko roti yang mungil. Bliss Bakery namanya. Diambil dari nama keluarga mereka, Bliss. Toko roti dan kue ini adalah toko satu-satunya yang ada di kota itu, dan mereka mengemban tugas suci untuk mengatasi kelaparan warga kota setiap harinya... Jadi, tugasnya si Bliss Bakery ini seperti tukang bubur dan tukang nasi uduk di deket kantor saya, yang memenuhi hajat hidup orang banyak ya.. xD

Segala jenis muffin, cake, ataupun cookie yang lezat bisa kau dapatkan disini? Muffin apa yang kau suka? Rasa wortel dedak seperti Mr. Bastable? Atau muffin blueberry yang lezat dan segar di mulut? Atau mungkin kau lebih suka cheese cake yang lembut dan cookies cokelat yang renyah?

Atau jangan-jangan kau sudah bosan dengan semua kue 'biasa' di atas dan ingin mencoba sesuatu yang berbeda? Misalnya, kau ingin mencicipi segigit muffin asmara yang terbuat dari labu hijau dan telur Burung Cinta Bertopeng, roti berbahan halilintar yang akan menyembuhkanmu dari sengatan petir, atau ingin memberikan temanmu cookies kebenaran--agar dia ta berbohong lagi--yang terbuat dari nafas tidur lembut seseorang yang tak pernah berbohong?

Meskipun terdengar aneh, tapi percayalah bahwa keluarga Bliss sanggup membuat makanan-makanan di atas. Mereka bahkan bisa membuat cheesecake labu yang mampu menyembuhkan flu babi!

Ya, keluarga Bliss memang keluarga yang ajaib. Keluarga yang terdiri dari Albert dan Purdy, serta keempat anak mereka: Thyme, Rosemary, Sage, dan Parsley, ini telah mengelola toko kue kecil di sebuah kota kecil di Amerika, berkat bantuan sebuah buku resep kuno yang diwariskan turun temurun di keluarga itu.

Suatu hari, Albert dan Purdy harus pergi ke kota sebelah, yang penduduknya sedang terserang flu musim panas. Mereka menyerahkan tanggung jawab toko pada Rose, sang putri tertua, yang memang paling rajin membantu orang tua mereka. Soalnya, si sulung Ty yang teramat tampan, terlalu sibuk dengan urusan remaja ngga pentingnya, sedangkan Sage terlalu heboh hingga tak mungkin diserahi tanggung jawab itu. Lalu Leigh? Dia masih 3 tahun, jadi mana mungkin bisa membantu?

Rose, seperti layaknya anak seusianya, selalu merasa minder dengan dirinya. Ia merasa kalalu dirinya tak semenawan kakak lelakinya, ataupun seimut adik perempuannya. Oh iya, jadi si Sage itu cowok sedangkan Parsley alias Leigh itu cewek. Namanya agak aneh sih ya, jadi nggak ketauan jenis kelaminnya deh... ^^; (kecuali si Rose). Tapi, saya suka sama nama-nama unik anak keluarga Bliss ini.

Okay, balik ke Rose. Rose itu merasa dirinya nggak cantik, padahal dia punya bakat bikin roti (nggak nyambung ya? bodo.. xp). Ya, singkatnya... Kedua orang tua Rose memberikan sebuah kunci kecil kepada Rose. Kunci itu menyimpan apa yang dilindungi oleh keluarga itu selama bertahun-tahun, sebuah buku resep bernama "Bliss Cookery Booke".

Selama membantu orang tuanya di dapur, Rose sebenarnya yakin bahwa mereka menggunakan sihir ataupun hal ajaib lainnya selama membuat kue. Tetapi, kedua orang tua Rose tak pernah mengakuinya. Padahal, Rose melihat sendiri bagaimana Purdy sang ibu mengambil halilintar dan memasukkannya ke dalam botol kaca ketika ia masih berusia sepuluh tahun. Kini, setelah diberi tanggung jawab untuk menjaga buku resep itu, Rose makin yain kalau keluarganya memang menambahkan sihir untuk resep-resep mereka. Sayangnya, kedua orang tua Rose nggak mengizinkan Rose membuka buku itu, apalagi mempraktikkannya. Mereka memberi Rose kunci itu, hanya untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu yang tidak diinginkan menimpa toko mereka. Jadi, Rose bisa menyelamatkan harta keluarga itu.

Setelah kedua orang tua Rose pergi, rumah keluarga Bliss tiba-tiba kedatangan seorang tamu. Dia adalah Lily, wanita cantik nan menawan, yang mengaku sebagai bibi mereka. Dalam sekejap, Lily mampu memikat Ty dan Sage. Ia juga sangat pandai memasak dan membuatkan mereka masakan luar biasa serta membantu Rose menjalankan toko roti itu.

Namun, benarkah Lily memang bibi mereka? Lantas, mengapa ia tiba-tiba datang ketika orang tua mereka nggak ada di rumah? Kenapa juga orang tua mereka tak pernah cerita tentang orang yang mengaku sebagai saudara jauh itu? Dan kenapa juga Rose tak sanggup cerita kepada orang tua mereka (melalui telepon) tentang kedatangan Lily? Dan mengapa Ty serta Sage tampak sangat terpikat sementara Rose tidak? Apa Lily menggunakan semacam sihir, atau memang seperti itulah fitrahnya seorang remaja lelaki yang sedang puber? Temukan jawabannya di buku ini.. :D

Awal melihat buku ini, saya langsung terpikat dengan sampulnya yang tampak 'magis'. Apalagi ada tambahan warna biru-biru di halamannya, yang bikin buku ini semakin menarik. Ditambah lagi dengan ide cerita yang tampak unik, cerita fantasi-sihir-pake-makanan-enak... Gimana saya nggak tergoda coba? #lapiler

Sayangnya, ternyata jalinan cerita yang ada di dalamnya nggak mampu memikat saya sebagaimana covernya telah memikat relung terdalam di hati saya... #tsaahh Saya nggak terlalu suka dengan tokoh-tokohnya. Rose terlalu rendah diri, hanya karena merasa dirinya nggak semenarik saudara-saudaranya. Oh, come on! Kalau keluarganya dia menawan semua, mana mungkin kau jelek sendirian nak! Memangnya kau ugly duckling ya? O.o

Lalu si kakak lelaki Rose juga menyebalkan. Entah karena si orang tua mereka yang terlalu banyak mengandalkan Rose atau memang si Ty ini anak yang manja, yang jelas menurut saya si Ty ini benar-benar ngga bisa diandalkan banget. Yah, selain ketampanannya yang bikin cewek klemar klemer.. -__- Udah gitu, dia dengan gampangnya tergoda sama Bibi Lily yang menawan sampai nggak menaruh curiga sama sekali sama cewek itu.

Tapi, lebih dari semuanya, saya paling sebel sama orang tuanya Rose. Kalau mereka memang menggunakan sihir di dapur, ya kenapa si anak-anaknya nggak dikasih tau coba? Okelah Sage sama Leigh emang masih kecil, tapi Ty yang udah 15 tahun kan udah bisa dikasih tanggung jawab. Begitupun dengan Rose, yang memang sudah terlihat dewasa. Apa salahnya memberikan pengertian kepada anak mereka tentang bisnis yang mereka jalankan. Tentang buku resep yang harus dilindungi itu, atau tentang anggota keluarga mana yang patut dipercaya dan mana yang nggak. Apa karena si Albert dan Purdy ini benar-benar menganggap anak-anak mereka masih bocah semua ya? Yang jelas, saya langsung merasa nggak simpati dengan mereka berdua setelah kata-kata yang diucapkan oleh sang ibu kepada Rose di akhir cerita. Seriously, yang kanak-kanak itu sebenarnya mereka deh! -,-

Oh iya, bagian Albert dan Purdy harus nyembuhin flu di kota sebelah selama seminggu itu kayaknya berlebihan banget deh. Kan cuma kota sebelah, tiga hari juga udah cukup. Apalagi ini cuma bikin croissant doang, bukan bikin dapur umum, apalagi jadi petugas palang merah... O.o Weird...

Saya hanya bisa menikmati buku ini separuhnya saja, sampai Ty dan Rose berusaha untuk mengembalikan keadaan yang telah mereka buat (setelah bikin muffin asmara dan cookies kebenaran) kembali seperti semula. Bagian Ty merayu cewek-cewek sekelasnya yang tersihir muffin asmara itu benar-benar lucu. Setelahnya, alurnya terasa sangat lambat dan bertele-tele. Dan jujur, saya sangat bosan membaca bagian tentang betapa-menakjubkannya-bibi-lily-dan-betapa-nggak-bergunanya-Rose.

Sebenarnya saya kasihan sama Rose, karena dia harus disadarkan bahwa dia istimewa, justru melalui anggota keluarga yang baru dikenalnya. Buat saya pribadi, saya merasa orang tua Rose telah gagal. Yah, itu pendapat sotoy saya aja sih... xp

Hufft, buku kedua dari penulis baru yang saya baca di tahun 2013 ini tampaknya belum mampu memuaskan saya. Teman saya bilang, saya terlalu berekspektasi dan membandingkannya dengan Harry Potter. Well, saya tidak pernah membandingkan buku yang saya baca dengan buku yang lainnya, apalagi ketika temanya benar-benar berbeda. Buktinya, saya bisa menikmati kisah-kisah fantasi karya pengarang lainnya tanpa harus terbayang-bayang dengan Harry Potter di benak saya. Lagipula, pada awalnya saya sendiri cukup menaruh harapan pada buku ini. Namun sayangnya, ternyata tidak memenuhi ekspektasi saya. 

Ya, buku ini tampaknya--mulai dai gaya bercerita dan segala macamnya (kecuali covernya)--memang nggak cocok buat saya, jadi saya nggak bisa menikmatinya seperti teman saya itu.... Meskipun begitu, melihat sinopsisnya di Goodreads, tampaknya saya masih menyimpan harapan untuk buku keduanya, deh. Tapi, kali ini pinjam aja lah... xp

Buku ini diikutkan dalam event FYE di blog Bacaan Bzee. Mengingat perkembangan ceritanya, sepertinya buu ini masuk ke bildungromans juga, jadi masih masuk ke kategori FMs 1. Oh iya, menilik dari ceritanya, tampaknya buku ini bisa dibaca oleh anak-anak di atas usia 12 tahun. Cuman, ati-ati aja biar nggak ikutan galau kaya Rose xD



Nah, karena ini pertama kalinya saya baca bukunya Kathryn Littlewood, jadi dia masuk ke dalam challenge saya yang ini...


Dan yang terakhir... Ternyata buku ini juga masuk ke challenge yang ini, karena Bliss adalah nama keluarga mereka! Yuhuu...


Comments

  1. kalo membandingkan kue yang dibaca ama kue yang dimakan gimana?

    ReplyDelete
  2. Hhhmmm... Kue-kuenya sih kayaknya enak-enak. Buktinya abis baca aku jadi pengen cheese cake sama rainbow cake, sama muffin cokelat, sama... #lapilerlagi #eh

    ReplyDelete

Post a Comment