Character Thursday #4
Setiap hari Kamis, saya pasti mencari
orang-orang eh tokoh-tokoh di buku yang sudah saya baca, untuk saya share di
blog hop di bawah ini. Nggak terasa, sudah empat pekan saya ikutan. Hihi
Okeh, penjelasannya bisa dibaca di
sini:
Character Thursday
Adalah book blog hop di
mana setiap blog memposting tokoh pilihan dalam buku yang sedang atau telah
dibaca selama seminggu terakhir (judul atau genre buku bebas).
- Kalian bisa
menjelaskan mengapa kalian suka/benci tokoh itu, sekilas kepribadian si tokoh,
atau peranannya dalam keseluruhan kisah.
- Jangan lupa
mencantumkan juga cover buku yang tokohnya kalian ambil.
- Kalau buku itu sudah
difilmkan, kalian juga bisa mencantumkan foto si tokoh dalam film, atau foto
aktor/aktris yang kalian anggap cocok dengan kepribadian si tokoh.
Syarat Mengikuti :
1. Follow blog Fanda
Classiclit sebagai host, bisa lewat Google Friend Connect (GFC) atau sign up
via e-mail (ada di sidebar paling kanan). Dengan follow blog ini, kalian akan
selalu tahu setiap kali blog ini mengadakan Character Thursday Blog Hop.
2. Letakkan button
Character Thursday Blog Hop di posting kalian atau di sidebar blog, supaya
follower kalian juga bisa menemukan blog hop ini. Kodenya bisa diambil di kotak
di button.
3. Buat posting dengan
menyertakan copy-paste “Character Thursday” dan “Syarat Mengikuti” ke dalam
postingmu.
3. Isikan link (URL)
posting kalian ke Linky di bawah ini. Cantumkan nama dengan format: Nama
blogger @ nama blog, misalnya: Fanda @ Fanda Classiclit.
4. Jangan lupa kunjungi
blog-blog peserta lain, dan temukan tokoh-tokoh pilihan mereka. Dengan begini,
wawasan kita akan bertambah juga dengan buku-buku baru yang menarik…
Berhubung selama
seminggu kemarin saya hanya baca satu buku saja, dan berhubung juga tokoh di
buku itu sangat saya sukai, maka saya pun dengan segenap hati menjatuhkan
penghargaan Character Thursday hari ini kepada.....
WALTER FANE
Walter adalah sosok lelaki yang kaku, dingin, tidak pandai
bersosialisasi, dan juga pendiam. Namun, cintanya pada istrinya, Kitty, tidak
terbantahkan. Ia begitu tergila-gila pada istrinya itu. Ia memujanya, dan meskipun ia jarang memperlihatkan perasaannya, menurut saya ia cukup romantis.
Hingga akhirnya, pada suatu hari ia dihadpkan pada kenyataan pahit bahwa istrinya mengkhianatinya. Ketika itu, Walter tidak langsung mendamprat istrinya maupun selingkuhannya. Ia justru memberikan dua pilihan kepada Kitty. Ikut dengannya menuju pedalaman Cina, ke sebuah kota bernama Mei tan fu yang sedang diwabahi oleh kolera, atau diceraikan secara tidak hormat dan menanggung malu seumur hidup atas skandal yang dilakukannya dengan Charles Townsend, lelaki kaya, terhormat, dan memiliki posisi tinggi di koloni Cina di Hongkong.
Hingga akhirnya, pada suatu hari ia dihadpkan pada kenyataan pahit bahwa istrinya mengkhianatinya. Ketika itu, Walter tidak langsung mendamprat istrinya maupun selingkuhannya. Ia justru memberikan dua pilihan kepada Kitty. Ikut dengannya menuju pedalaman Cina, ke sebuah kota bernama Mei tan fu yang sedang diwabahi oleh kolera, atau diceraikan secara tidak hormat dan menanggung malu seumur hidup atas skandal yang dilakukannya dengan Charles Townsend, lelaki kaya, terhormat, dan memiliki posisi tinggi di koloni Cina di Hongkong.
Sebenarnya kalau lelaki jenis Walter ini ada di hadapan
saya, saya pasti ngerasa nggak tahan. Maunya teriak di kupingnya sambil
ngomong, “Ngomong dong!! Perasaan lo gimana sih?? Mau lo tuh apa sih?? Jangan
diem ajaa!!” Soalnya, meskipun sebenarnya Walter ini orang yang sangat peka dan
penuh perhatian, tapi dia jarang mengungkapkannya. Hampir nggak pernah malahan.
Kecuali di saat ia bertengkar dengan Kitty setelah ia mengungkapkan pada
istrinya itu bahwa ia tahu segala hal mengenai perselingkuhan istrinya itu.
“I had no illusions about you,' he said. 'I knew you were silly and frivolous and empty-headed. But I loved you. I knew that your aims and ideals were vulgar and commonplace. But I loved you. I knew that you were second-rate. But I loved you. It's comic when I think how hard I tried to be amused by the things that amused you and how anxious I was to hide from you that I wasn't ignorant and vulgar and scandal-mongering and stupid. I knew how frightened you were of intelligence and I did everything I could to make you think me as big a fool as the rest of the men you knew. I knew that you'd only married me for convenience. I loved you so much, I didn't care. Most people, as far as I can see, when they're in love with someone and the love isn't returned feel that they have a grievance. They grow angry and bitter. I wasn't like that. I never expected you to love me, I didn't see any reason that you should. I never thought myself very lovable. I was thankful to be allowed to love you and I was enraptured when now and then I thought you were pleased with me or when I noticed in your eyes a gleam of good-humored affection. I tried not to bore you with my love; I knew I couldn't afford to do that and I was always on the lookout for the first sign that you were impatient with my affection. What most husbands expect as a right I was prepared to receive as a favor.” (Walter Fane, dikutip dari Goodreads)
Sosok Walter ini
sebenarnya bikin saya merasa kasihan. Sangat kasihan. Ia sangat mencintai
istrinya, tetapi perasaannya itu dibalas dengan pengkhianatan oleh Kitty.
Rasanya saya juga pengen teriak di kuping Walter, “Udah, cewek kayak gitu
tinggalin ajaa!! You deserve a better woman, you know!!”
Yang bikin saya makin
termehek-mehek adalah karena saya menonton filmnya terlebih dahulu dibanding
membaca novelnya. Jadinya, saya tidak siap dengan kenyataan yang terjadi di bukunya... #lapairmata
Setiap kali menonton versi adaptasi sebuah buku, saya jadi tersadar kalau film itu lebih menjual hal-hal yang menyenangkan dan membahagiakan. Bahasa mudahnya, mengikuti keinginan pasar. Tak sedikit kisah yang diangkat itu jadi lebih menyentuh, romantis, dan mengharukan. Mungkin, itu juga ya sebabnya sinetron-sinetron di Indonesia menjual hal-hal yang indah-indah, absurd, abstrak, dan juga abnormal. Karena hidup ini sudah begitu sulit, jadi mereka membutuhkan hal-hal yang mampu mengalihkan pikiran mereka dari itu semua. Tapi, bukan berarti saya suka dengan sinetron loh, saya anti sekali malahan.
Setiap kali menonton versi adaptasi sebuah buku, saya jadi tersadar kalau film itu lebih menjual hal-hal yang menyenangkan dan membahagiakan. Bahasa mudahnya, mengikuti keinginan pasar. Tak sedikit kisah yang diangkat itu jadi lebih menyentuh, romantis, dan mengharukan. Mungkin, itu juga ya sebabnya sinetron-sinetron di Indonesia menjual hal-hal yang indah-indah, absurd, abstrak, dan juga abnormal. Karena hidup ini sudah begitu sulit, jadi mereka membutuhkan hal-hal yang mampu mengalihkan pikiran mereka dari itu semua. Tapi, bukan berarti saya suka dengan sinetron loh, saya anti sekali malahan.
Sosok Walter di dalam film diperankan dengan sangat baik
oleh Edward Norton. Matanya yang sendu itu mampu membuat saya terharu dan tersedu-sedu melihat perasaan dia
kepada Kitty yang begitu mendalam. Sampai saat ini pun saya masih berseru, “Oh,
Walter...” kalo inget sosok lelaki ini. Hauhauu... TT^TT
Oh, Walter.....
Dari uraianmu tentang si Walter, kayaknya memang pemerannya pas ya? Jadi penasaran baca bukunya. Kamu baca Inggrisnya ya?
ReplyDeleteHehe, aku sempet ngira link-ku nggak masuk, lho. Soalnya tumben banget belom dikomenin sm Mbak Fanda.. ;p
ReplyDeleteAku baca versi Indonesianya, cuman karena males ngetik kutipannya, langsung comot aja lah dari Goodreads.. xp. Menurutku dan beberapa orang yang sudah cocok, karakternya memang pas sekali diperankan oleh Edward Norton ini. Wajib baca nih, Mbak Fanda... Hoho