True Believer - Nicholas Sparks
Jika selama tahun 2011
kemarin kerjaan saya adalah membaca buku-buku karya Nicholas Sparks, di tahun
ini saya mau mencoba membuat review sedikit demi sedikit dari buku yang saya
baca...
Kali ini, saya akan mereview “True Believer”, karya ke-10 Mr. Sparks yang menurut penerawangan dan pemantauan saya (di Goodreads) dianggap buku terburuknya. Namun, di situlah terbukti kalau masalah selera itu memang kembali ke orangnya masing-masing. Soalnya, menurut saya buku ini justru sangat menarik, karena berbeda dengan tema Nicholas Sparks yang biasanya. Seperti apa ceritanya? Mari simak ulasan saya... ;)
Kali ini, saya akan mereview “True Believer”, karya ke-10 Mr. Sparks yang menurut penerawangan dan pemantauan saya (di Goodreads) dianggap buku terburuknya. Namun, di situlah terbukti kalau masalah selera itu memang kembali ke orangnya masing-masing. Soalnya, menurut saya buku ini justru sangat menarik, karena berbeda dengan tema Nicholas Sparks yang biasanya. Seperti apa ceritanya? Mari simak ulasan saya... ;)
Di “True Believer”
ini, Nicholas Sparks mencoba menampilkan dua insan manusia yang berasal dari
dua dunia yang berbeda. Mereka masih sama-sama manusia sih, tapi yang satu
adalah anak kota, yang tinggal di salah satu kota tersibuk di dunia, New York,
sedangkan yang satunya tinggal di sebuah negara bagian Amerika, tepatnya di
North Carolina, di sebuah kota yang in the middle of nowhere.
Si orang kota adalah
seorang lelaki tampan keturunan Italia bernama Jeremy
Marsh. Dia adalah orang
yang rasional, logis, cerdas, dan skeptis terhadap segala macam hal yang berbau
supernatural. Sementara si gadis desa bernama Lexie
Darnell. Cerdas, cantik,
mandiri, dan bekerja sebagai penjaga perpustakaan satu-satunya di kota itu.
Sebuah pekerjaan yang dulu ditekuni oleh ibunya, dan tempat ia mengabdikan
dirinya sekarang.
Pertemuan mereka
berdua diawali dengan niat Jeremy untuk mengungkapkan misteri cahaya misterius
yang kerap kali muncul di kuburan kota tempat Lexie tinggal, Boone Creek.
Jeremy, yang selalu berpakaian serba hitam, selalu meyakini ada penjelasan
logis di balik setiap hal yang terlihat misterius dan gaib. Tentu saja menjadi
tantangan tersendiri bagi dirinya untuk mengungkapkan misteri di tengah-tengah
kota kecil di pedalaman Amerika yang penduduknya justru masih percaya kepada
hal-hal gaib semacam itu.
Lexie sendiri
sebenarnya bukanlah seseorang yang terlalu percaya dengan hal-hal gaib,
meskipun separuh hidupnya dihabiskan di kota kecil itu. Ia percaya bahwa ada
sesuatu yang dinamakan keajaiban, karena nenek Lexie adalah seorang pembawa
keajaiban. Doris, nenek Lexie dapat menebak jenis kelamin bayi di dalam
kandungan dengan sangat akurat. Ia juga bisa menemukan sumber air melalui
intuisinya. Lexie, yang kehilangan kedua orangtuanya sejak masih kecil, dirawat
oleh Doris yang membuka restoran di kota kecil itu.
Jeremy tidak percaya
sama sekali dengan kemampuan Doris, dan menganggap perempuan itu mengada-ada.
Sikap Jeremy ini bukan tanpa alasan. Masa lalunya-lah yang membuatnya selalu
berpikir rasional. Dia adalah seorang duda, dan istrinya meninggalkannya karena
Jeremy tidak akan pernah bisa menghasilkan anak. Meskipun tidak percaya atas
semua “penerawangan” Doris, tetapi sebenarnya surat dari Doris-lah yang membawa
Jeremy ke tempat itu dan tanpa sengaja menautkan takdir Jeremy dengan cucunya.
Dan siapa sangka juga kalau ternyata takdir telah memelintir jalan hidup mereka
dan membawa keduanya ke sebuah jalan yang benar-benar berbeda dan tidak pernah
mereka sangka sebelumnya?
Tema cerita ini
mungkin agak sedikit absurd, karena pertemuan Jeremy dan Lexie yang hanya
sebentar saja. Mana mungkin sebuah cinta sejati dapat ditemukan hanya dalam waktu
beberapa hari saja? Dan mana mungkin juga pertemuan selama beberapa hari bisa
mengubah cara pandang seseorang yang telah dibentuk selama bertahun-tahun?
Buat saya, nothing
impossible. Kelahiran, kematian, jodoh, rezeki, semuanya itu bukan manusia
yang mengatur. Ada tangan-tangan tak terlihat milik Sang Maha Kuasa yang
mengatur itu semua. Toh, pertemuan setahun atau beberapa hari tidak menjamin
semuanya akan berjalan dengan lancar. Banyak orang yang sudah berpacaran
bertahun-tahun tetapi toh juga bercerai ketika berumah tangga. Sebaliknya,
orang yang hanya butuh beberapa bulan saja dalam mengenal pendamping hidupnya
justru hidup langgeng bersama pasangannya.
Dan disitulah yang
membuat kisah ini menjadi sweet buat saya. Pada awalnya, Jeremy dan Lexie
sama-sama memilki prejudice terhadap masing-masing. Di situ, mereka
sama-sama belajar menjadi lebih dewasa dan saling mengerti. Karena permasalahan
sesungguhnya adalah bagaimana mempertahankan apa yang sudah mereka mulai.
Ketika Jeremy harus kembali ke New York, apakah kisah cinta mereka harus
berakhir begitu saja, dan sekadar menjadi pengisi lembar cerita di musim
dingin? Siapkah mereka mengorbankan kehidupan dan kenyamanan yang mereka miliki
untuk pasangannya?
Saya sebenarnya
bukanlah penggemar berat kisah-kisah romance. Tapi, memang terkadang ada
masanya saya ingin sekali membaca kisah-kisah cinta yang romantis. Buat saya,
kisah-kisah yang ditulis oleh Nicholas Sparks lebih mengena di hati, ketimbang
cerita-cerita yang ditulis oleh penulis perempuan. Mungkin karena kalau yang
nulis perempuan, kisah cintanya suka jadi lebay kali ya? Pengungkapan
perasaannya pun demikian. Terkadang juga bahkan terlalu vulgar. Sementara Mr.
Sparks menurut saya dapat menyampaikan kisah cinta dari sudut pandang yang
berbeda. Menggali perasaan dari sisi
yang berbeda. Kisah yang dia tulis juga banyak yang tidak berakhir bahagia.
Bahkan bisa bikin nangis darah meskipun saya secara pribadi nggak terlalu menganggap
itu adalah kisah cengeng. Mungkin saya memang sudah kadung cinta dengan
cerita-cerita Nicholas Sparks, kali ya? Xp Tapi, saya nggak menutup mata juga
bahwa saya pernah bosan membaca karya Mr. Sparks. Hohohoo
Sebenarnya, saya salah
membaca urutan kisah ini. Yang saya baca duluan justru “At First Sight” yang
sebenarnya malahan merupakan sekuel dari “True Believer”. Tapi, ternyata saya
nggak merasa terganggu sama sekali. Saya justru merasa bisa lebih menyelami
kisah pertamanya, dan lebih merasakan perasaan si tokoh di sana. Tapi, jangan
dicontoh lah ya... Ikuti yang normalnya aja. Hehehe
Ngomong-ngomong,
pemeran utama wanita di buku ini, Lexie, adalah salah satu nama anak kembar Mr.
Sparks , lho. Selain itu, ternyata kota yang jadi latar cerita ini nggak
benar-benar ada, alias fiktif. Cahaya misterius yang ada di pemakaman kota itu
ternyata benar-benar ada. Namun, bukan di pemakaman, melainkan di sebuah gunung
bernama Brown Mountain. Oh iya, Mr. Sparks juga selalu memakai North Carolina
sebagai latar ceritanya. Mulai dari The Notebook, A Walk to Remember, hingga yang
ini.
Sedikit cerita tentang
buku-buku Nicholas Sparks. Hampir semua judul buku Nicholas Sparks saya unduh
ke dalam hp saya, supaya saya bisa membacanya dengan santai. Tepatnya sih tahun
lalu, 2011. Tahun lalu itu saya sibuk banget, jadi hampir nggak ada waktu untuk
baca buku fisik. Pace membaca saya juga sangat lambat, dan saya hanya
beli buku ketika ada pameran aja. Itupun, banyakan yang ditimbun aja daripada
dibaca.. xp Niat mau bikin review dari tahun lalu, tapi semuanya cuman di dalam
hati aja. Alhamdulillah sekarang saya mulai rajin bikin review dari buku-buku
yang saya baca. Dan saya secara bertahap, sedikit demi sedikit mau mereview
buku-buku yang dulu sudah saya baca. Terutama buku-buku favorit saya... (Woi,
inget timbunan woy!! Xp)
Baiklah, saya sudahi
sesi curhat saya sebelum dia jadi lebih panjang dari reviewnya....
Penulis : Nicholas Sparks
Tahun Terbit : 2005
Ebook Version
Mau dunk ebooknya.... :))))
ReplyDeleteWah... maaf.. Komennya masuk ke Spam, jadi aku ga tau deh. Huhu
ReplyDeleteBoleh kalau mau ebooknya. Kirimin emailnya aja yaa... ;)
Maaf baru bales.... emailku.... 99putriutama at gmail dot com
DeleteThanks banget loh.... :)
Haloo kaa maaf, boleh minta ebook nya🥺
Delete