The Painted Veil
Walter Fane adalah seorang
pria pendiam, kaku, dan juga tidak pandai bersosialisasi. Ia adalah seorang
ahli bakteriologi yang bekerja di Hongkong. Ketika ia sedang pulang ke kampung
halamannya, London, Walter bertemu seorang gadis yang sangat cantik bernama Kitty, yang sayangnya sifatnya bertolak
belakang dengan Walter. Kitty adalah gadis yang ceria dan supel. Namun,
perbedaan itu tidak menghalangi rasa cinta Walter yang begitu mendalam kepada
Kitty. Walter melamarnya, dan Kitty menerimanya. Mereka pun hidup bahagia
selamanya...
Seandainya saja saya bisa bilang begitu mengenai cerita yang menyentuh sisi psikologis terdalam manusia
ini...
Sayangnya, kehidupan pernikahan Walter dan Kitty tidak berjalan mulus.
Kitty tidak mencintai Walter. Ia menikahi Walter untuk melepaskan diri dari
ibunya yang jahat dan senantiasa menyindirnya yang belum juga menikah di usia
25. Kitty bukannya tidak laku, tetapi ia menolak seluruh lamaran yang diajukan
padanya, karena ia menunggu lelaki yang tepat. Yang dimaksud dengan lelaki yang
tepat tentu saja adalah lelaki tampan dengan harta melimpah dan kedudukan yang
tinggi di masyarakat. Sayangnya, belum ada yang memenuhi kriteria tersebut,
hingga akhirnya waktu pun berlalu, dan adik Kitty, yang secara fisik tidak
secantik dia, akan menikah lebih dulu dibanding dirinya.
Walter tahu semuanya. Ia tahu istrinya tidak mencintainya.
Ia tahu motivasi istrinya ketika menerima lamarannya. Ia tahu Kitty kecewa
dengan kehidupan mereka di Hongkong yang tidak sesuai bayangannya dimana ia
bisa hidup mewah dan glamor dengan berbagai kesenangan yang bisa dinikmatinya.
Ia tahu istrinya juga merasa kecewa karena ternyata status sosial Walter tidak
bisa dianggap tinggi dan gajinya kecil. Ia tahu istrinya tidak pandai, suka
berkhayal, dan berpikiran dangkal. Tetapi, Walter mencintainya dengan segenap
jiwanya. Walter sangat memuja Kitty, dan ia sudah bahagia bisa menikah dengan
Kitty meskipun perempuan itu tidak pernah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia
mencintainya.
Hingga pada suatu hari, kenyataan pahit harus diterima oleh
Walter. Kitty mengkhianatinya. Ia berselingkuh dengan seorang lelaki paruh
baya, sudah menikah, memiliki anak tiga, dan merupakan lelaki paling populer
dan paling tampan di seluruh koloni Inggris di Hongkong itu, Charles Townsend. Walter sangat
kecewa dan sangat sedih, meskipun ia tidak pernah menunjukkan perasaannya itu
di hadapan istrinya.
Kitty tahu bahwa Walter sudah tahu mengenai
perselingkuhannya ini, tetapi ia tidak bisa membohongi perasaannya yang begitu
mencintai Charlie. Charlie dengan penuh percaya diri mengatakan kepada Kitty
bahwa mereka akan baik-baik saja. Bahwa Walter tidak akan berani mengajukan
skandal mereka ke hadapan publik, karena status sosial Walter yang di bawah
Charlie. Tetapi Charlie tidak mengenal watak Walter, begitu juga dengan Kitty,
meskipun ia tahu bahwa sesuatu yang buruk pasti akan terjadi.
Benar saja, di suatu siang, Walter tiba-tiba pulang ke
rumahnya dan membawa kabar yang membuat Kitty bagai tersambar petir di siang
bolong. Walter akan pergi ke Mei-tan-fu. Tempat wabah kolera terparah di
dataran Cina yang telah menewaskan hampir separuh isi kota. Walter tentunya
tidak ingin pergi sendirian, ia akan mengajak Kitty untuk ikut bersamanya.
Kitty menolak mentah-mentah tawaran itu, yang dijawab dengan kalem oleh Walter,
bahwa jika Kitty tidak mau ikut bersamanya, maka ia akan mengajukan gugatan
cerai atas perselingkuhan istrinya dengan Charles Townsend.
Kitty, dengan segala pikiran naifnya percaya bahwa Charlie
akan menikahinya. Tetapi, siapa sangka Walter yang selalu diam dan tak pernah
menunjukkan perasaannya itu ternyata lebih tahu siapa Charlie yang sebenarnya.
Charlie adalah seorang pria narsis yang hanya mementingkan diri dan
reputasinya. Ia menolak untuk menikahi Kitty yang membuat wanita itu merasa
dikhianati oleh selingkuhannya. Dengan terpaksa, Kitty pun harus ikut Walter
menujuh negeri antah berantah tempat penyakit mengerikan itu merenggut nyawa
manusia setiap harinya tanpa ampun sedikitpun.
Apa alasan Walter pergi ke pusat wabah itu bersama istrinya?
Apa ia berniat untuk membiarkan Kitty mati terkena kolera di sana? Ataukah
karena Walter tidak bisa memaafkan dirinya yang pernah mencintai Kitty dan
mungkin masih terus mencintai Kitty? Akankah hati Kitty tergerak melihat sosok
lain Walter yang ternyata sangat mencintai anak-anak dan begitu dikagumi oleh
semua orang di desa kecil itu? Akankah takdir membawa nasib mereka ke arah yang
lebih baik hingga mereka pun bisa hidup bahagia selamanya seperti yang selalu
diceritakan di kisah-kisah dongeng?
Saya kasihan, sungguh merasa kasihan kepada Walter. Meskipun
ia adalah lelaki yang kaku dan pendiam, namun perhatian dan rasa cintanya Kitty
tidak perlu diragukan lagi. Walter selalu berusaha untuk membahagiakan Kitty,
memanjakan Kitty, dan bahkan bersedia untuk mengalah demi segala keinginan
Kitty. Tetapi, Kitty hanya memandangnya sebelah mata. Walter sebenarnya tidak
kalah tampan dengan Charlie, hanya saja, mata Kitty seolah tertutup oleh
keindahan dunia dan kerupawanan Charlie.
“... Aku tidak pernah mengharapkan kau mencintaiku, aku tidak melihat alasan apa pun yang membuatmu bisa mencintaiku, aku tidak pernah menganggap diriku sangat layak dicintai. Aku bersyukur sudah diperbolehkan mencintaimu, dan aku sangat bahagia kalau sesekali kupikir kau merasa senang padaku, atau kalu kulihat di matamu ada sedikit saja binar-binar rasa sayang. Aku mencoba tidak membuatmu bosan dengan cintaku; aku tahu itu tidak boleh terjadi, dan aku selalu waspada memperhatikan kalau ada tanda-tanda kau mulai tidak sabar dengan kasih sayangku. Apa yang oleh sebagian besar suami dianggap sebagai hak mereka, rela kuterima sebagai sesuatu yang diberikan karena belas kasihan.” [Walter, hal. 83]
Mungkin Walter tidak sepenuhnya benar, dan Kitty tidak
sepenuhnya salah. Tetapi, tetap saja saya tidak bisa bersimpati kepada Kitty,
khususnya Kitty yang ada di novelnya. Ia mengungkapkan kata-kata yang begitu
menyakitkan kepada Walter, dan menganggap semua kesalahan itu ada di tangan
Walter.
“Kalau seorang lelaki tidak mempunyai apa yang dibutuhkan untuk membuat seorang perempuan mencintainya, maka itu adalah kesalahan si lelaki, bukan si perempuan.” [Kitty, hal. 84]
Bisa terbayangkan betapa sakitnya hati Walter saat itu,
meskipun ia tidak menunjukkannya. Saat itu mereka sudah dua tahun menikah, dan
Kitty telah setahun berselingkuh dengan Charlie. Kenapa saat-saat ketika mereka
masih menjadi pengantin baru Kitty tidak bisa mencintai suaminya itu? Padahal
Walter sebegitu cintanya pada Kitty, hingga ia memandang rendah dirinya
sendiri.
#Sigh# Kisah yang diangkat oleh W. Somerset Maugham ini
sangatlah kelam, tetapi juga sangat jujur dalam menggambarkan sifat manusia.
Sejujurnya, saya lebih suka filmnya, yang menampilkan Walter dalam bentuk yang
lebih manusiawi. Saya sangat tersentuh dengan filmnya yang menggambarkan betapa
besarnya cinta Walter kepada Kitty, dan ketika membaca novelnya, saya tidak
menyangka sama sekali kalau Mr. Maugham menggambarkan Walter dalam karakter
yang begitu berbeda dari gambaran saya.
Edward Norton memainkan peran Walter dengan sangat baik.
Saya suka tatapan sendunya, juga sikapnya yang bisa begitu dingin dan cueknya
kepada Kitty (diperankan oleh Naomi Watts), namun di sisi lain bisa
memperlihatkan cinta dan perhatian yang begitu besar kepada istrinya itu.
Satu-satunya karakter yang menurut saya tidak sesuai dengan novelnya hanyalah
karakter Charlie Townsend. Charlie di film ternyata diperankan oleh suami Naomi
Watts, Liev Schreiber. Sejujurnya, ketika membaca deskripsi mengenai
Charlie di novelnya, pikiran saya tertuju kepada Benedict Cumberbatch, yang
memiliki sepasang mata biru nan indah dan juga sangat tampan, seperti halnya
Charlie. Filmnya menjadi lebih romantis setelah mendapatkan sentuhan
Hollywood, membuat saya jatuh cinta pada sosok Walter yang dingin, kaku,
pendiam, namun memiliki berbagai kualitas yang tidak dimiliki manusia biasa.
Bukunya sendiri jauh
lebih realistis, dalam menampilkan sifat manusia secara jujur dan apa adanya,
yang membuatnya menjadi menyakitkan secara bersamaan. Mr. Maugham dengan begitu
cerdasnya menggali sifat-sifat terdalam seorang manusia. Saya juga sangat suka
dengan covernya yang menampilkan pemandangan alam khas Asia Timur dengan Kitty
dan Walter di sampulnya, yang ternyata diambil dari scene filmnya.
Sampai sekarang pun saya masih merasa sedih jika
membayangkan sosok Walter. Lelaki malang yang tidak pernah dicintai istrinya.
Untungnya, ia tidak seperti Esteban di The House of The Spirit karya Isabel
Allende. Karena Walter adalah lelaki yang baik hati dan juga lembut. Ia hanya
begitu sial mendapatkan Kitty sebagai istrinya. Dan ia begitu sial karena tidak
bisa memendam perasaan cintanya kepada Kitty yang begitu mendalam, hingga
justru menghancurkan dirinya....
Novel ini memberi saya banyak pelajaran mengenai manusia.
Manusia yang memiliki akal untuk berpikir dan perasaan untuk menyayangi atau
membenci adalah misteri terbesar di jagad raya ini. Jauh melebihi misteri yang
terdapat di rimba Amazon ataupun di kedalaman samudra Atlantik.
Judul: The Painted Veil - Stambul Cinta
Penulis: W. Somerset Maugham
Penulis: W. Somerset Maugham
Aaaaaa.. Walter.. Aku masih aja gemes.. Kenapa Walter harus mencintai Kitty.. *ngga rela banget* hehe :)
ReplyDeleteIyaaaahhh!!!! He deserves better woman than her!! Aku juga nggak rela kok, mbak. Hahahaha
DeleteIya mba, saya suka bgt sama bukunya, tapi begitu nonton filmnya saya lebih suka film yg menggambarkan Kitty dan Walter secara manusiawi dan romantis. Di Buku terlalu kaku ya karakternya.. kasian si Walter :(
ReplyDeletePenggemar Walter harap ngacung! xDD
ReplyDeleteAku juga bertanya-tanya, emang ada ya orang kayak Walter gitu? Kalo ada, kasian banget diaa... Tapi, Kitty juga keterlaluan sih. Masa nggak tergerak sama cintanya, Walter. Malah selingkuhin dia... Hauhauu... T_T