Charlie And The Chocolate Factory

Setelah membaca novel ini, saya jadi tahu darimana inspirasi JK. Rowling dan dunia ajaibnya di Harry Potter berasal... ;p

Saya akui sih, saya memang sedikit telat baca novel ini. Saya sendiri baru tahu kalau cerita ini berasal dari cerita anak-anak. Saya pertama kali kenalan dengan cerita ini ketika nonton filmnya, itupun di televisi saja, karena saya bukan penggemar film Hollywood yang bergegas ke bioskop begitu ada film baru. Saya hanya menonton film yang saya suka saja, dan itu jumlahnya nggak banyak. Lainnya? Ya nonton aja di TV, atau beli dvdnya, atau yang paling oke ya "ngerampok" dari temen yang udah donlot filmnya... ;p

Dan... Buku itu adalah.... #jengjengjeng

CHARLIE AND THE CHOCOLATE FACTORY

Charlie adalah seorang anak lelaki yang tinggal bersama keluarga besarnya di sebuah rumah kecil. Keluarganya ada enam orang yang terdiri dari orangtua Charlie, Mr. dan Mrs. Bucket, dan dua pasang kakek dan nenek Charlie, Grandpa Joe dan Grandma Josephine (orangtua ayah Charlie), lalu Grandpa George dan Grandma Georgina (orangtua ibu Charlie). Mereka sangat miskin, dan tidak mempunyai harta sedikitpun. Hanya ayah Charlie yang bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga.

Mereka tinggal di pinggiran kota, tepat di sebelah pabrik coklat milik Mr. Willy Wonka, seorang pengusaha coklat paling terkenal dan paling sukses di seluruh dunia. Bagi Charlie yang sedang dalam masa pertumbuhan, tinggal di dekat pabrik coklat adalah sebuah siksaan berat baginya. Apalagi ketika bau harum coklat yang sedang dimasak tercium melalui udara dan membawanya hingga ke hidung Charlie. Namun, yang paling menyedihkan dari itu semua adalah, Charlie tidak punya uang untuk membeli coklat, meskipun hanya sebatang.

Bagi keluarga yang sangat sederhana itu, coklat adalah barang mewah. Charlie sendiri hanya bisa makan coklat sekali dalam setahun, yaitu di saat ulang tahunnya. Ketika itu, orangtuanya akan membelikannya sebatang coklat favoritnya, WONKA'S WHIPPLE-SCRUMPTIOUS FUDGEMALLOW DELIGHT. Charlie sangat menghargai pemberian orangtuanya itu. Ia sangat menghemat coklat yang diberikan kepadanya. Ia akan mengunyahnya pelan-pelan, cukup satu kunyahan setiap hari. Charlie mengunyah perlahan hingga rasa coklat menyebar ke seluruh mulutnya, dan menikmati setiap gigitan coklatannya sedikit demi sedikit, sampai coklat itu habis, yang biasanya bisa beberapa minggu setelahnya.

Wonka's Factory, yang menghasilkan coklat terbaik dan terlezat di seluruh dunia adalah pabrik yang sangat besar namun sangat tertutup. Tidak ada yang pernah masuk ataupun keluar dari pabrik itu, karena Mr. Wonka tidak mempekerjakan manusia di sana! Tidak ada yang tahu siapa yang bekerja untuk Mr. Wonka membuat semua coklat terlezat di seluruh dunia itu. Yang jelas, terdengar kabar bahwa Mr. Wonka dulu memecat seluruh pegawainya, karena ada mata-mata di antara mereka, yang menyebabkan produk coklat andalan milik Mr. Wonka dimiliki oleh pesaingnya.

Tapi di suatu hari, terdengarlah kabar bahwa Mr. Wonka akan mengizinkan lima orang anak yang mendapatkan tiket emas dari coklat buatannya untuk dapat mengunjungi pabriknya secara langsung! Mendengar kabar ini, semua orang di seluruh dunia berbondong-bondong mencari tiket emas yang menjadi kunci untuk masuk ke pabrik ajaib milik Mr. Wonka itu. Tak terkecuali dengan Charlie kecil, yang saat itu akan segera memasuki hari ulang tahunnya.

Hari itu adalah satu-satunya harapan di mana keajaiban mungkin akan berpihak padanya. Sementara itu, dua buah tiket emas telah ditemukan. Tiket emas pertama jatuh pada seorang anak lelaki yang sangat gemuk bernama Augustus Gloop, yang sangat suka makan. Ia bisa menghabiskan puluhan batang coklat dalam sehari, hingga tidak heran jika dialah yang mendapatkan tiket emas itu.

Orang kedua yang mendapatkan tiket adalah Veruca Salt, seorang anak yang orangtuanya kaya raya dan sangat dimanja. Ayahnya yang pemilik pabrik kacang tidak tahan mendengar rengekan anaknya yang menginginkan tiket emas Mr. Wonka. Ia kemudian membeli bertruk-truk coklat Mr. Wonka dan menyuruh para pekerjanya yang biasanya bekerja mengupas kacang, untuk membuka bungkus coklat itu. Beberapa hari kemudian, didapatkanlah tiket emas itu di antara ribuan coklat yang diborong oleh Mr. Salt.

Dengan itu, tinggal tiga tiket yang tersisa untuk bisa mengunjungi pabrik coklat Mr. Wonka. Harapan selalu ada, meskipun itu kecil. Itulah yang dibisikkan oleh orang-orang di rumah kecil itu di hari ulang tahun Charlie. Charlie berharap, keberuntungan datang kepadanya di hari ulang tahunnya. Namun ternyata, ia belum beruntung. Coklat ulangtahunnya hanyalah sebatang coklat biasa. Kakek dan nenek Charlie membesarkan hatinya, bahwa meskipun ia tidak beruntung, ia masih memiliki sebatang coklat terenak di dunia.

Dua tiket emas mulai ditemukan lagi. Orang ketiga yang beruntung adalah seorang anak perempuan bernama Violet Beauregarde, yang sebenarnya tidak suka coklat! Violet adalah seorang maniak permen karet. Ia mengunyah permen karet kapanpun dan dimanapun. Bahkan ia senang menyimpn permen karet yang sudah dikunyahnya untuk kemudian dikunyah lagi (yucks!). Ia juga senang menempelkan bekas permen karetnya ke tombol lift di sekolahnya. Benar-benar seorang anak yang sangat menyebalkan.

Orang keempat adalah seorang anak lelaki bernama Mike Teavee yang sangat gemar menonton TV. Seharian hidupnya adalah di depan TV. Acara TV favoritnya adalah film action dengan mafia dan gangster yang saling tembak menembak tiada henti. Mike bahkan mengusir wartawan yang ingin mewawancarai dirinya karena ia mau menonton TV.

Charlie sudah pasrah ketika itu, karena tidak mungkin ada kesempatan baginya untuk bisa membeli coklat Willy Wonka lagi. Hingga suatu hari, Grandpa Joe yang baik memberikan sekeping uang tabungannya yang sangat berharga kepada Charlie. Charlie bergegas membeli coklat dan membawanya pulang. Mereka menyobek bungkusan coklat dengan perlahan untuk melihat apakah tiket emas itu ada di sana. Sayangnya, kail ini Charlie masih belum beruntung...

Musim dingin tiba, membuat keluarga itu kedinginan dan juga kelaparan. Ditambah lagi, Mr. Bucket ayah Charlie terkena PHK, sehingga mereka sekarang hanya bergantung pada uang tabungan Mr. Bucket yang jumlahnya tak seberapa. Jumlah makanan setiap harinya semakin sedikit, membuat mereka makin kelaparan setiap harinya. Apalagi bagi Charlie kecil yang dalam masa pertumbuhan. Ia membutuhkan banyak makanan yang bergizi, dan ia selalu lapar. Tapi, tidak ada yang bisa dilakukan Charlie. Ia adalah anak yang sangat baik hati. Charlie menolak menerima jatah sarapan ibunya yang diberikan kepadanya. Ia juga memutuskan untuk berangkat ke sekolah lebih awal dan bergerak lebih sedikit untuk menghemat tenaganya. Ia sangat lapar, tapi tidak pernah mengeluh.

Hingga suatu hari, ia menemukan sekeping uang logam 50 penny di jalan! Charlie memungutnya, setelah yakin bahwa tak ada seorang pun yang mencari uang itu. Ia bergegas pergi ke toko terdekat dan membeli sebatang coklat WONKA'S WHIPPLE-SCRUMPTIOUS FUDGEMALLOW DELIGHT favoritnya. Ia berniat untuk memberikan kembalian uang itu kepada ibunya, agar mereka sekeluarga bisa makan hari itu. Setelah sebatang coklat habis dilahapnya, karena ia memang sanggattt kelaparan, Charlie tak bisa menahan dirinya untuk membeli sebatang coklat lagi. Uang kembalian yang ia terima masih cukup untuk diberikan kepada ibunya nanti. Ia pun membeli lagi sebatang coklat favoritnya, ketika akhirnya keajaiban memutuskan untuk tersenyum kepadanya. Ya! Ia mendapat tiket emas terakhir!!!

Charlie bergegas pulang dan menceritakan semuanya kepada anggota keluarganya, yang disambut dengan sangat antusias oleh mereka. Disebutkan bahwa salah anggota keluarga diperbolehkan menemani anak mereka masuk ke dalam pabrik coklat Mr. Wonka. Grandpa Joe, yang baik hati dan pandai bercerita, juga kakek yang paling dekat dengan Charlie, ingin menemani Charlie. Orangtua Charlie memutuskan bahwa Grandpa Joe adalah orang terbaik untuk menemani Charlie ke petualangannya di pabrik Mr. Wonka.

Pagi harinya, tanggal 1 Februari tepat pukul sepuluh, lima orang anak dan orang tua mereka masuk ke dalam pabrik Mr. Wonka yang sudah tertutup selama sepuluh tahun itu, dan memulai petualangan mereka di dunia ajaib yang diciptakan oleh si Jenius itu...

Cerita ini membuat saya terharu, meskipun tanpa adegan mewek-mewekan. Adegan ketika Charlie kecil berlari pulang membawa tiket coklatnya kepada keluarganya yang sedang kelaparan, membuat saya hampir menitikkan air mata. Road Dahl menyampaikan ceritanya dengan sangat baik. Adegan ketika keluarga itu kelaparan selama musim dingin, dan hanya memiliki sup kol untuk makan mereka membuat hati saya terenyuh. Apalagi, ketika Mr. Bucket dipecat hingga menu mereka harus dikurangi separuhnya. Haduh, bikin hati saya terasa diiris-iris.

Jika sebelumnya saya sulit untuk jatuh cinta dengan tokoh utama, maka kali ini saya jatuh cinta pada sosok Charlie kecil ini. Ia begitu tulus dan baik hati. Tanda bahwa orang tua dan keluarganya telah membesarkannya dengan sangat baik, tidak seperti empat anak lainnya yang mendapatkan tiket emas ke pabrik Mr. Wonka. Tetapi bisa jadi, keempat anak itu memang ada di dunia nyata ini. Bahkan justru mendominasi. Saya mau punya anak kayak Little Charlie ini. Seorang anak yang penuh kasih sayang, empati, lovable, dan adorable deh pokoknya.

Ada beberapa adegan di cerita saya yang buat saya yakin kalau cerita Harry Potter terinspirasi (salah satunya) dari cerita ini. JK Rowling mungkin terinspirasi dari Roald Dahl ketika menciptakan minuman yang jadi favorit di Harry Potter itu, karena di cerita ini disebut-sebut tentang butterscotch dan buttergin. Selain butterbeer, saya juga jadi terpikir kalau lift ajaib yang ada di HP juga terinspirasi dari sini. Karena liftnya tidak hanya berjalan secara vertikal, tapi juga horizontal! Ckckck... Kalau begitu, inspirasi Roald Dahl berasal dari mana ya? Hhhmm...

Saya jadi teringat kata-kata yang kerap kali disampaikan oleh dosen kesusasteraan Jepang saya dulu. Dia pernah bilang, bahwa dalam suatu karya sastra itu tidak ada yang original (Ya, nggak karya sastra aja sih. Suatu karya dalam keseluruhan juga). Manusia pasti "menyontek" dari karya lain, sadar atupun tidak sadar. Contohnya pesawat terbang, yang diciptakan oleh Wright bersaudara. Mereka terinspirasi dari burung yang bisa terbang. Atau helikopter yang terinspirasi dari capung. Jadi, ketika ada sebuah karya sastra yang mirip dengan karya sebelumnya, tidak perlu terlalu dipikirkan. Soalnya, karya tersebut pasti sudah melalui proses kreatif pengarangnya. Yaa, asal nggak 100% nyontek sih nggak papa lah ya. Soalnya juga, ada beberapa sastrawan terkenal di Jepang yang mengadaptasi cerita barat dengan caranya sendiri dan menghasilkan sebuah cerita yang baru. Suatu saat saya akan coba buat review dari cerita tersebut...

Balik ke cerita ini... Saya suka sekali dengan Oompa Loompa yang lucu dan menggemaskan. Nyanyian yang mereka bawakan juga sarat dengan makna dan sindiran. Mereka juga senang tertawa dan aih... Saya mau pesan satu atau dua untuk jadi teman saya di rumah. Mereka sangat adorable, jadi pengen saya cubit-cubit, gendong-gendong, terus dilempar #eh? (>w<) Saya juga suka dengan Mr. Willy Wonka, si pembuat coklat jenius yang nyentrik, yang membuat saya teringat dengan Om Johnny Depp. Ngomong-ngomong, ternyata Mr. Dahl sempat menentang pembuatan film yang "Charlie And The Chocolate Factory" versi pertama, soalnya dia itu nggak suka banget sama televisi. Kebenciannya sama televisi juga dituangkannya di cerita ini lewat karakter Mike Teavee (Yang udah jelas banget namanya berasal dari mana yaa... ;p). Film yang kedua, yang dibintangi Johnny Depp dan disutradarai oleh Tim Burton ini dibuat setelah Mr. Dahl meninggal dunia. Ahli warisnya akhirnya mengizinkan film ini diangkat ke layar lebar lagi. Semoga Mr. Dahl senang dengan versi kedua ini dari alam sana yaa...

Yang jelas sih, setelah baca buku ini saya jadi merasakan dorongan yang sangat kuat serta dahsyat untuk segera pergi ke minimarket terdekat dan beli coklat!!! Benar-benar buku yang sangat berbahaya... Hhhmmm....

Ini karya Roald Dahl kedua yang saya baca. Saya suka dengan gaya Mr. Dahl menceritakan ceritanya. Tadi saya sempet ngeces liat satu set buku-buku Roald Dahl di toko buku. Sayang, harganya tak bersahabat dengan kantong saya. Sementara untuk beli satuan, kayaknya agak susah dicari ya sekarang? Ini aja saya dapatnya versi ebooknya. Semoga tidak menambah julingnya mata saya karena kebanyakan berinteraksi dengan kokom dan lepi... Amiin...

 
Judul buku : Charlie and The Chocolate Factory
Penulis : Roald Dahl
Diterbitkan pertama kali : 1964
Jumlah Halaman : 52 halaman (ebook version)

Sedikit OOT. Saya merasa akhir-akhir ini sedang malas mereview buku. Padahal, saya berniat untuk membuat review dari buku-buku yang sudah saya baca sebelum ini, tapi hanya buku-buku favorit saya saja. Semoga penyakit saya ini cepat sembuh, dan saya bisa kembali seperti sedia kala. Hehehehe...







Comments