Somewhere Only We Know -sebuah fragmen Wuthering Heights-

I walked across an empty land
I knew the pathway like the back of my hand
I felt the earth beneath my feet
Sat by the river and it made me complete

Pernahkah kalian mengasosiasikan sebuah lagu dengan cerita dari sebuah buku. Saya pernah. Setiap kali mendengar lagu "Somewhere Only We Know" oleh Keane, saya selalu teringat dengan salah satu novel favorit saya, Wuthering Heights.

Lirik-lirik yang ada di lagu itu entah kenapa selalu mengingatkan saya kepada perasaan Heathcliff, tokoh utama novel ini, yang begitu mendalam kepada Catherine.

Heathcliff dan Catherine Earnshaw adalah sepasang kekasih yang harus mengalami kenyataan pahit karena cinta mereka tidak bisa bersatu. Asal usul Heathcliff yang tidak jelas membuatnya tidak bisa menikah dengan Catherine, yang seorang keturunan bangsawan Inggris. Heathcliff sendiri tak punya nama keluarga. Ia hanyalah Heathcliff, yang ditemukan oleh ayah Cathrine, yang kemudian merasa kasihan kepada anak itu dan membawanya pulang untuk kemudian diasuh bersama kedua anaknya, Hindley dan Catherine.

Hidup Heathcliff yang laksana di surga ketika Mr. Earnshaw, ayah Cathy masih hidup, langsung dihempaskan ke neraka begitu ayah angkatnya itu meninggal dunia. Hindley, kakak Cathy, yang begitu membenci Heathcliff karena dianggapnya telah merebut kasih sayang ayahnya dari dirinya, memperlakukan Heathcliff layaknya pembantu yang paling rendah. Sejak saat itu, Heathcliff berubah menjadi seorang anak yang tertutup, temperamental, sulit diatur, kasar, dan sederet hal buruk lainnya. Ia hanya menunjukkan sisi lain dari dirinya kepada Cathy, yang begitu dicintainya....

Hingga pada suatu hari, Heathcliff tidak sengaja mendengar Cathy berbicara dengan pengasuh mereka sejak kecil, Nelly. Heathcliff mendengar ketika Cathy memutuskan untuk menerima lamaran Edgar Linton, seorang pemuda bangsawan terhormat. Cathy yang begitu muda dan naif tidak siap kehilangan status dan segala macam kemudahan yang ia terima sebagai seorang putri keluarga bangsawan, jika ia memilih Heathcliff sebagai pendamping hidupnya. Ia sempat menyatakan betapa dalam cintanya kepada Heathcliff kepada Nelly. Namun sayangnya, Heathcliff tidak mendengar bagian itu. Heathcliff yang merasa begitu kecewa dan terluka, akhirnya kabur dari rumah itu.

Beberapa tahun kemudian Heathcliff kembali. Cathy, yang begitu dicintainya, telah menjadi Mrs. Linton sekarang. Heathcliff yang kembali dari pengembaraannya itu memiliki begitu banyak uang, yang tidak seorang pun tahu dari mana didapatnya uang itu. Dengan kekayaannya saat ini, ia berniat untuk membalas dendam kepada keluarga Earnshaw dan Linton yang telah menghancurkan hidupnya, dan membawa pergi Cathy yang begitu dicintainya.

Wuthering Heights adalah sebuah novel klasik Inggris yang ditulis oleh Emily Brontë di tahun 1847. Familiar dengan nama Brontë? Kalau ya, itu wajar saja. Karena ia adalah saudara kandung Charlotte Emily Brontë, penulis novel Jane Eyre yang terkenal itu. Emily Brontë menulis kisah yang tidak biasa di masa itu. Ketika itu, pernikahan berbeda status sosial masih merupakan hal yang tabu. Apalagi dalam kondisi ini, Catherine-lah yang status sosialnya lebih tinggi dibanding Heathcliff, yang bukan saja adalah seorang anak buangan, tetapi juga tidak memiliki nama keluarga, dan memiliki postur tubuh yang agak berbeda dengan orang Inggris pada umumnya. Ciri-ciri tubuhnya menunjukkan bahwa ada kemungkinan besar ia adalah keturunan gipsi, yang dianggap sebagai masyarakat kelas bawah ketika itu.

Novel ini begitu kelam, dan kisah kasih tak sampai antara Catherine dan Heathcliff begitu menyesakkan dada. Bagian tentang balas dendam Heathcliff ke kedua keluarga itu pun begitu  hebat. Ia memang berniat untuk menghancurkan dua keluarga itu hingga ke keturunan mereka, karena rasa sakit hatinya yang begitu mendalam. Apalagi setelah ia kehilangan Cathy untuk selama-lamanya...

I came across a fallen tree
I felt the branches of it looking at me
Is this the place we used to love?
Is this the place that I've been dreaming of?

Ada sebuah tempat yang begitu disukai Catherine dan Heathcliff, dan menjadi tempat pertemuan mereka. Itu juga yang ada di sampul halaman depan novel ini yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Setiap kali saya mendengar bait ini, saya langsung teringat pada mereka berdua, begitu juga sebaliknya. Terutama sih mengingatkan saya sama Heathcliff, yang kehilangan kesempatan untuk merasakan cinta seumur hidupnya, dan memilih untuk hidup di dalam kebencian.

Wuthering Heights, yang dijadikan judul novel ini, adalah nama kediaman keluarga Earnshaw. Wuthering berarti angin kencang yang liar, sedangkan Heights di sini dapat diartikan sebagai bukit. Kediaman keluarga Earnshaw memang terletak di perbukitan yang selalu ditiupi angin kencang. Tetapi menurut saya, kata Wuthering Heights itu sendiri bisa berarti kisah cinta antara Heathcliff dan Catherine yang tidak berjalan mulus dan ditiup oleh angin kejam bernama status sosial.

Novel ini ditulis dengan gaya yang saya kira umum ditulis ketika zaman itu, yaitu dengan gaya bercerita orang ketiga di luar cerita. Dalam arti, ada seorang saksi hidup yang bercerita pada orang lain tentang kehidupan sang tokoh utama. Dalam beberapa kisah klasik, gaya bercerita semacam ini sebenarnya oke-oke saja buat saya. Tapi dalam Wuthering Heights ini, saya tidak begitu menyukainya. Karena sang saksi hidup yang bercerita ini terlalu sok tahu menurut pandangan saya. Dan sosok ini bukanlah sosok yang objektif, jadinya perasaan Heathcliff dan Catherine tak terlalu diekspos dengan baik.

Secara keseluruhan, saya suka dengan novel ini. Meskipun di tengah-tengah cerita saya sempat bosan dengan gaya berceritanya dan menskimming beberap bagiannya. Saya juga merasakan gaya menterjemahkan novel ini agak kaku dan sedikit terlalu harfiah. Yah, mungkin hal itu disebabkan karena ini adalah novel klasik, dan bahasa Inggris di kala itu mungkin lebih sulit dicari padanan katanya dibandingkan dengan bahasa Inggris modern. Saya sendiri berpendapat bahwa karya semacam ini mungkin akan lebih baik dibaca langsung dengan bahasa aslinya, supaya perasaannya lebih tersampaikan. Yah, suatu saat nanti saya akan melakukan hal itu...

Oh iya, novel ini sudah berkali-kali diadaptasi ke dalam layar lebar. Tapi sayangnya, belum ada satupun yang pernah saya tonton. Dan saya sangat sangat berminat untuk menonton versi layar lebar dari novel ini suatu saat nanti.

Ada satu fakta menarik tentang begitu terkenalnya novel ini di luar negeri sana. Nama Heath Ledger, aktor yang sudah meninggal itu, ternyata berasal dari Heathcliff! Sedangkan saudari perempuan Heath Ledger diberi nama Catherine. Mungkin kedua orang tua mereka adalah penggemar berat Wuthering Heights kali ya...

Untuk yang senang dengan karya klasik, silakan baca novel ini. Sabar-sabar saja ketika kalian membaca, karena mungkin cerita ini agak membosankan. Terutama bagian sepertiga terakhir, setelah Catherine meninggal (ups, spoiler). Siap-siap juga untuk mengalami perubahan emosi terhadap Heathcliff, sang tokoh utama yang tak bisa ditebak emosinya. Saya sendiri mengalami perasaan love-hate relationship terhadap tokoh utama ini (hahaha, memangnya saya siapanya dia).

Oh simple thing, where have you gone?
I'm getting old and I need something to rely on
So tell me when you're gonna let me in
I'm getting tired and I need somewhere to begin

Saya terbayang Heathcliff yang menghabiskan sepanjang hidupnya untuk membalas dendam, tanpa menyadari bahwa ia sedang menghancurkan dirinya sendiri. Ia melupakan betapa sederhananya kebahagiaan itu bisa dicapai seandainya ia mau mulai untuk berdamai dengan orang lain, dan berdamai dengan hatinya sendiri....

And if you have a minute, why don't we go
Talk about it somewhere only we know?
This could be the end of everything
So why don't we go somewhere only we know?
Somewhere only we know



Judul buku: Wuthering Heights
Penulis: Emily Brontë
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah
: Lulu Wijaya
Jumlah Halaman: 488 
ISBN : 9789792262789
 

Comments

  1. WH adalah salah satu buku ngga terlupakan buatku juga.. dan seperti katamu, aku juga mengalami love-hate relationship dengan buku ini ;D

    btw, WH kan udah ada lagunya sendiri.. lagu dan video klipnya bikin merinding pula...

    "Heathclif... it's me, Cathy.. I'm home...
    let me in your window..."

    *merinding*

    ReplyDelete
  2. *komentar lanjutan*

    Dan, setelah membaca buku ini (serta buku Jane Eyre) aku jadi penasaran banget jaman seperti apa sih tempat si Charlotte dan Emily tumbuh? Di suasana kehidupan dan keluarga seperti apa mereka hidup? Penasaran banget, mengapa ketiga kakak adik Bronte ini bisa menghasilkan novel yang bisa dibilang everlasting.

    Mungkin itu sebabnya ya, buku2 ini banyak dijadikan sebagai subjek pembelajaran sastra di sekolah2 di luar

    ReplyDelete
  3. OMG itu lagu bikin merinding banget. Liriknya itu lho. Tapi aku belum dengerin. Judulnya apa ya? Ga boleh didenger malem2 tuh kayaknya. Kalo mau tidur dengan nyenyak. Hehehe

    Iya, itu keluarga Bronte kayaknya memang sesuatu banget ya. Tapi tulisan Charlotte dan Emily beda banget ya genrenya. Wuthering Heights kelam dan suram, sementara Jane Eyre lebih menyenangkan. Aku belum baca karya saudara mereka yang satu lagi *aduh, namanya lupa*. Tapi aku niat mau baca semua karya mereka. Soalnya aku suka kesusasteraan klasik.

    Di zamannya, karya ini memang sangat menggebrak ya. Catherine, Heathcliff, mereka semua nggak punya pilihan. Dan kondisi sosiallah yang buat mereka begitu.

    ReplyDelete

Post a Comment