Bukan Wonderland Saya

Baru kali ini nih saya bingung mau buat review buku ini darimana. O.o
Saya tidak terlalu menikmati kisah yang baru saja saya baca ini. Bahkan, saya butuh waktu sekitar empat hari untuk menyelesaikannya. Soalnya saya nggak merasa tertantang untuk baca kelanjutannya. Padahal, saya sudah berekspektasi cukup banyak dengan buku ini. Dan, buku itu adalah....


Alice in Wonderland


Sejak kecil dulu, mungkin kita sudah familiar dengan kisah Alice. Tetapi, mungkin hanya sedikit di antara kita yang sudah benar-benar membaca kisahnya. Itulah yang terjadi dengan saya, hingga saya semangat untuk beli buku ini karena saya ingin tahu kisah aslinya.

Sometimes, your expectations kills you... Itulah yang saya rasakan ketika membacanya. Saya berusaha untuk berkonsentrasi, dan membaca setiap huruf, setiap, kata, dan setiap kalimat yang ada. Padahal sebelumnya, saya cukup baca santai saja untuk tahu bagaimana alurnya. Tetapi, entah kenapa di buku ini, meskipun sudah membaca dengan serius pun saya tak bisa menikmatinya. Mungkin buku ini adalah jenis yang akan lebih indah jika divisualisasikan? Atau mungkin otak saya saja yang sedang konslet minggu lalu karena beberapa hal, jadi saya nggak bisa ngerti ceritanya? Tetapi, biasanya membaca buku yang menarik membuat otak konslet saya sembuh. Lalu, kenapa?

Masuk ke cerita. Seperti yang anda, saya, dan kita semua ketahui, Alice in Wonderland berkisah tentang seorang gadis kecil bernama Alice. Alice mengikuti seekor kelinci putih yang dapat berbicara masuk ke dalam liangnya, yang ternyata merupakan pintu masuk ke dunia paralel lain, yaitu Wonderland. Kemudian, dimulailah kisah Alice di dunia itu.

Salah satu yang paling terkenal dan paling membekas di dalam ingatan saya adalah tubuh Alice yang berubah-ubah ukurannya, mulai dari membesar, mengecil, memanjang, dst. Di bagian itu, saya masih merasa cukup tertarik. Alice kemudian bertemu berbagai jenis penduduk negeri Wonderland, dan mengalami berbagai macam hal di sana. Bertemu serombongan binatang aneh, bertemu sang Duchess yang selalu marah-marah. Mengikuti jamuan minum teh teraneh di dunia, bermain kriket bersama ratu yang hobi menghukum penggal bawahannya, lalu bermain bersama kura-kura tiruan yang aneh, hingga akhirnya kembali ke dunia nyata.

Bagian yang paling aneh dari semua cerita ini adalah percakapannya. Saya tidak memahami hampir sebagian besar percakapan yang dilakukan Alice dengan para penghuni Wonderland. Mereka selalu berbicara secara tersirat, ambigu, yang bikin saya mengerutkan kening... Nggak ngertiii!! 

Alice sendiri bagi saya terlihat seperti anak yang menyebalkan ketimbang seorang gadis kecil yang penuh rasa ingin tahu. Di buku ini, saya hanya suka pada kucing Cheshire yang bicara dengan jelas dan nggak membingungkan. Saya juga sedikit suka dengan kelinci yang membuat Alice masuk ke dalam negeri ajaib itu.

Awalnya, saya berpikir bahwa mungkin terjemahan Indonesianya agak aneh, hingga saya sulit memahaminya. Saya jadi berniat untuk membaca versi aslinya. Tapi, ada beberapa buku yang saya tahu terjemahannya sangat parah tetapi ceritanya menarik. Jadi saya rasa, bukan itu penyebabnya. Ditambah lagi, setelah main-main di Goodreads, pikiran saya jadi terbuka. Ternyata ada cukup banyak orang yang berpikiran sama dengan saya. Hahaha... Soalnya, sejauh ini saya selalu menikmati kesusasteraan klasik, dengan tema-temanya yang unik dan cara berceritanya yang berbeda. Saya juga selalu suka kisah fantasi dan petualangan ke negeri imajiner yang sangat menarik. Jujur, ini kesusasteraan klasik pertama yang tidak saya sukai. Juka cerita fantasi pertama yang tidak saya sukai. Mungkin memang benar, penggambaran di animasi ataupun di filmnya jauh lebih baik dibanding bukunya.

Saya sempat mengira bahwa mungkin saja saya yang aneh, tapi ah.. Lagi-lagi saya terlalu menilai rendah penilaian saya sendiri. Jadi, maaf untuk para penggemar Alice in Wonderland, karena saya tidak bisa menyukai karya ini. Agak oot, tapi tampaknya saya butuh jeda sedikit untuk membaca buku lagi. Soalnya mata saya lagi lelah sekali dan jadi agak-agak picek karena terlalu banyak di depan kokom dan lepi, terus baca buku juga. Hohohoo... Padahal target masih banyak, belum selesai kejar setoran. Hahaha

Judul buku : Alice in Wonderland
Penulis : Lewis Carroll
Penerbit : Atria
Penerjemah : Khairi Rumantati
Cetakan : Kedua November 2010
ISBN :9789791411714

Comments

  1. saya juga gak bisa menikmati buku ini....;(
    padahal pas nobar film 3D-nya, saya suka (ada Anne Hathaway-nya sih, hehehe)...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyata saya ada temennya... ;p
      Saya sih sebenarnya belum sempet nonton yg versi terbarunya, tapi kayaknya seru banget ya. Cuma teringat memori masa kecilnya aja tentang cerita ini yang kayaknya cukup berkesan. Tapi ternyata beda...

      Delete
  2. Total berapa halaman ini mba? Kalau filmnya iya pasti bgs, apalagi yg adaptasi terbaru dg Johnny Depp nyentrik :D

    Aku juga ga berani sering2 baca buku klasik karena uda trauma beberapa kali saking ga ngertinya sama alur cerita dan percakapan yg tersirat, hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh iya! Aku lupa cantumin jumlah halamannya. Hahaha

      Yang terbitan Atria ini total 175 halaman. Tipis kan? Tapi bacanya bikin kepalaku pusing. Hihihi... Wah, ternyata pengalaman kamu lebih menyakitkan ya, Oky. Sampe trauma gitu. Aku Alhamdulillah baru sekali ini nemuin buku klasik yang kayak gini. Hehehe...

      Delete
  3. Tampilan baru nih,.. lebih cerah n enak diliat :D

    ReplyDelete
  4. Hahaha.. Ini muncul jg si silent reader. Iya nih, lagi cari2 themes yang cocok. Krn blom nemu, pake template yg dr blogspot aja dulu. ;p

    ReplyDelete
  5. Yg gak ngerti dbca ulang psti bgs jdinya, smua pncipta buku udh tentuin alurnya jarang ada kesalahan, (namanya juga fantasy) beda sma dunia nyata klo mikirnya dunia nyata baca kisah yang lain

    ReplyDelete
  6. Dan sebelum bilang tentang kesalahannya, coba buat cerita yang sebanding tanpa mengikuti siapapun, bisa? Kalo bisa ckckckkc i can prove ur word! Just see ur story (o'v'o) -The end

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya rasa setiap orang berhak utk menyukai/tdk menyukai sebuah buku. Kalau saya tdk suka buku ini, ya bkn berarti saya menyuruh seluruh dunia utk ikut tdk menyukainya.

      Dan sebelum Anda menantang saya utk menulis kisah yg sama, knp Anda tdk bersikap berani dgn terlebih dahulu mengeluarkan identitas Anda? Bukannya pakai akun anonim yg tdk jelas dan mendikte saya utk menyukai apa yg bukan selera saya -_______-

      Delete

Post a Comment